AKu hadir di setiap pagi,
menjadi yang pertama, lalu berdua, hingga akhinya ramai.
ini bukan kewajibanku, tapi sudah menjadi kebiasaan ku setiap hari.
datang, tiba lebih awal, membakar sebatang rokok ditemani secangkir kopi.
Sempat aku merasa bosan ketika datang di pagi hari.
terkadang aku mencoba untuk terlambat, tapi tak pernah membuahkan hasil.
Selalu gagal, tetap menjadi yang pertama ketika jam kerja dimulai.
mata memerah, badan terasa lelah, keringat mulai membeku menjadikan ku seperti sebuah fosil.
Aku tak menyesal datang lebih awal.
bahkan matahari tak pernah mengeluh hadir di setiap pagiku.
tapi mengapa hadirku tak bersinar seperti matahari.
tak membawakan panas yang membuat semangat.
apa ini dosa?, menjadikan kebaikan terlihat seperti dusta.
Jiwaku memang belum sembuh, mawar merah terlihat layu dimataku.
luka lama pun terasa mengucurkan pedih mengiris hati.
mengalirkan darah yang membuat buta akan dunia.
menghempas niat baikku menjadi derita.
Kini aku telah hadir kembali.
Tetap menjadi yang pertama di setiap pagi.
walau ini bukan sebuah prestasi.
tapi ini demi segelas kopi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H