Di tengah arus globalisasi ekonomi yang semakin tidak terbendung, sistem keuangan syariah dan konvensional muncul sebagai dua entitas yang menawarkan pendekatan berbeda dalam pengelolaan keuangan dan kebijakan moneter. Sistem keuangan konvensional yang telah lama berdiri dan mendominasi panggung global, menghadapi tantangan baru dari sistem keuangan syariah yang tumbuh dengan prinsip-prinsip yang berakar pada syariat Islam. Kedua sistem ini tidak hanya berbeda dalam hal prinsip dasar dan mekanisme operasional, tetapi juga dalam dampaknya terhadap perekonomian makro dan stabilitas finansial.
Pertumbuhan sistem keuangan syariah yang dimulai sejak pertengahan abad ke-20, sudah menunjukkan dinamika yang signifikan dengan penetrasi ke berbagai sektor ekonomi dan ekspansi ke banyak negara di seluruh dunia. Dengan mengedepankan transaksi yang bebas dari riba, spekulasi, dan penipuan, sistem keuangan syariah hadir menawarkan alternatif yang etis dan transparan bertujuan untuk memberikan dampak langsung ke sektor riil dan kesejahteraan umum.
Pembahasan kali ini akan menyajikan analisis komparatif antara sistem keuangan konvensional dan syariah dengan mengeksplorasi perbedaan dan persamaan keduanya, serta mempertimbangkan bagaimana masing-masing sistem merespon tantangan ekonomi kontemporer. Melalui artikel ini, pembaca dapat memahami lebih dalam tentang bagaimana kedua sistem ini beroperasi, berinteraksi, dan berkontribusi terhadap perekonomian global yang terus berubah. Diawali dengan sejarah dan perkembangan keuangan konvensional dan syariah.
Sejarah sistem keuangan konvensional dapat ditelusuri kembali ke zaman kuno, dimulai dari pertukaran barang hingga munculnya mata uang sebagai alat tukar dalam transaksi. Sistem ini berkembang melalui berbagai inovasi seperti pembentukan bank-bank pertama di Italia pada Abad Pertengahan, revolusi industri, dan kemunculan pasar modal global. Dengan prinsip dasar yang berfokus pada bunga dan spekulasi, sistem keuangan konvensional telah menjadi tulang punggung ekonomi modern, mendukung perdagangan internasional dan pertumbuhan ekonomi.
Di sisi lain, sistem keuangan syariah memiliki akar yang mendalam dalam ajaran Islam, yang mengatur transaksi ekonomi untuk memastikan keadilan dan kesejahteraan sosial. Praktik perbankan syariah telah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW, yang mana transaksi dilakukan berdasarkan prinsip syariah seperti larangan riba (bunga), gharar (ketidakpastian), dan maysir (perjudian). Perkembangan sistem keuangan syariah modern dimulai pada pertengahan abad ke-20 dengan pembentukan lembaga keuangan syariah pertama di Mesir pada tahun 1963.
Di Indonesia, sejarah perbankan syariah dimulai pada tahun 1980-an dengan diskusi tentang perbankan Islam sebagai pilar ekonomi Islam. Pada tahun 1991, Bank Muamalat Indonesia didirikan sebagai bank syariah pertama di negara ini. Sejak itu, sistem keuangan syariah di Indonesia telah berkembang pesat, dengan peningkatan jumlah lembaga keuangan syariah dan produk-produk keuangan yang sesuai dengan prinsip Islam.
Apa pengaruh dari masing-masing kebijakan?
Kedua sistem ini terus berkembang dan beradaptasi dengan tantangan ekonomi global, dengan sistem keuangan syariah menawarkan alternatif yang berfokus pada keadilan dan pertumbuhan inklusif. Perbandingan antara sistem konvensional dan syariah tidak hanya menyoroti perbedaan dalam prinsip dan praktik, tetapi juga menunjukkan bagaimana keduanya dapat berkontribusi terhadap ekonomi yang lebih stabil dan berkelanjutan.
Kebijakan moneter merupakan salah satu instrumen penting dalam pengelolaan ekonomi makro suatu negara. Sistem konvensional dan syariah memiliki pendekatan yang berbeda dalam kebijakan moneter mereka, yang masing-masing memberikan dampak unik terhadap inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas sistem keuangan. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
Pengaruh terhadap inflasi
Pada kebijakan moneter konvensional, bank sentral menggunakan suku bunga sebagai alat utama untuk mengendalikan inflasi. Jika inflasi tinggi, bank sentral dapat meningkatkan suku bunga yang cenderung menurunkan permintaan pinjaman dan mengurangi jumlah uang yang beredar sehingga menurunkan inflasi. Sebaliknya, jika inflasi rendah, bank sentral dapat menurunkan suku bunga untuk merangsang perekonomian.