Secara sederhana, semiotika adalah ilmu tanda dan pertanda dimana tanda dapat menjadi representasi sebuah ide yang dipikirkan seseorang. Semiotika menurut Saussure adalah kajian mengenai tanda dalam kehidupan sosial, mencakup apa saja tanda tersebut dan hukum apa yang mengatur terbentuknya tanda. Saussure (1966), hanya benar-benar menaruh perhatian pada simbol karena kata-kata adalah simbol.
Film Enola Holmes karya sutradara Harry Bradbeer menceritakan tentang putri bungsu dari Eudoria, Ibu dari Mycroft dan Sherlock Holmes. Eudoria sangat menyukai permainan kata, Enola menjelaskan pada awal film. Nama Enola sendiri berasal kata ‘Alone’ yang kemudian urutannya dibalik. Nama adalah doa dari orang tua. Eudoria mengharapkan Enola untuk dapat menjalani hidup sendiri dengan baik. Namun, selama 16 tahun mereka selalu bersama di kastil tua daerah pedesaan. Eudoria mengajari anaknya tentang pengetahuan umum,sosial, politik, seni bahkan bela diri dan survival secara pribadi. Padahal pada latar belakang Inggris saat itu, wanita umumnya dididik untuk menjadi istri yang memiliki kepribadian pasif, mendukung suaminya dan hanya diajarkan ilmu menyulam serta ilmu-ilmu rumah tangga lainnya.
Film yang bergenre misterius dan memiliki tujuan menemukan Eudoria ini memiliki banyak semiotika yang dapat dikaji. Namun, saya tertarik dengan cara Eudoria dalam berkomunikasi dengan Enola yaitu melewati anagram. Anagram adalah salah satu jenis permainan kata yang huruf-huruf di kata awal biasanya diacak untuk membentuk kata lain atau sebuah kalimat. Anagram ini sering digunakan di novel ataupun film misteri dimana sebuah kata acak perlu dipecahkan demi mendapatkan pesan yang utuh. Dengan kata lain, anagram adalah semiotika linguistik yang mengkaji tentang kata-kata karena kata-kata itu sendiri adalah simbol (semiotika menurut Ferdinand de Saussure).
Salah satu anagram yang dapat ditemukan dalam film Enola Holmes adalah lukisan Krisantemum yang dibuat Eudoria. Pada ulang tahun Enola yang ke enam belas, Eudoria secara misterius menghilang. Namun, ia meninggalkan sebuah kotak sebagai hadiah ulang tahun. Di dalam kotak tersebut, terdapat buku kecil kamus bahasa bunga dan lagi-lagi sandi anagram. Enola memecahkan anagram tersebut dan mendapatkan kalimat ‘Enola, look in my Chrysantemum’. Enola bergegas melihat makna bunga krisantemum pada kamus bahasa yang diberikan Ibunya dan mengetahui makna bunga krisantemum. Kemudian ia menemukan bunga krisantemum pada kamar ibunya dan terpikir bahwa krisantemum yang dimaksud oleh Eudoria bukanlah bunga yang ia beli namun yang ia lukis. Enola melihat belakang frame lukisan dan menemukan uang dalam jumlah yang banyak.
Saat Enola melarikan diri dari kakaknya Mycroft yang ingin memasukkannya ke sekolah pertibadian putri dan berniat mencari keberadaan Ibunya di London, ia juga mengirimkan pesan dengan bahasa bunga melalui tiap koran yang biasa dibaca oleh Ibunya yang berbunyi ‘Thank you my chrysanthemum, are you blooming? Send iris please.’ Iris berarti pesan. Kemudian pesan ini diacak sehingga membentuk anagram yang sangat acak sehingga memiliki kombinasi huruf yang sangat sulit untuk dipecahkan.
Fenomena semiosis anagram yang lain adalah saat kilas balik rapat feminisme Eudoria dimana ia menyamarkan nama-nama tempat di London dengan anagram yaitu ‘The Embankment’ menjadi bankmen met, ‘Bethnal Green’ menjadi entanGle herB dan ‘Limehouse Lane’ menjadi Ellie Housemen.
Fenomena semiosis terakhir adalah saat Enola membeli koran di London dan menemukan deretan angka pada kolom terakhir. Enola meminjam pensil penjual koran dan memecahkan sandi yang berbunyi ‘Meet me at academy five tonight – mother’. Yang ternyata adalah kode dari kakaknya sendiri, Sherlock Holmes.
Sandi-sandi anagram, Bahasa bunga dan sandi angka ini adalah termasuk proses semiosis linguistik yaitu proses mewakili pesan yang ingin kita sampaikan (kata-kata) melalui sandi-sandi yang harus dipecahkan terlebih dahulu menggunakan Bahasa yang mungkin berbeda.
Demikianlah pembahasan saya pada kesempatan menulis artikel kali ini. Apabila ada kesalahan dan kekurangan saya mohon dimaafkan dan diberikan kritik atau saran agar saya dapat menyajikan konten yang lebih menarik. Terima kasih atas waktunya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H