Lihat ke Halaman Asli

Menghargai Kerikil

Diperbarui: 17 Juni 2015   11:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu hari salah satu teman saya berkisah bahwa di kelasnya, kelas tarbiyah, dia merasa tidak mendapat apa-apa terkait masalah pendidikan. “Sudah setengah tahun saya berada di kelas tarbiyah, tapi saya merasa tidak mendapatkan apa-apa. Kayaknya saya berada di kelas yang tidak ada kejuruannya,” keluh teman saya itu.

Asumsi teman saya itu berangkat dari pemikiran negatif, sehingga hasilnya pun turut negatif. Dia tidak mau menghargai yang sedikit, padahal dengan menghargai sedikit bukan tidak mungkin pada suatu hari nanti akan menjadi bukit. Ada adagium yang tidak asing di telinga kita bahwa, orang tersandung pasti pada batu kecil, tidak mungkin pada gunung. Demikian pun orang sukses. Orang sukses pasti sebelumnya memulai dari yang kecil, tidak mungkin langsung dari yang besar. Mereka menghargai yang kecil untuk mendapat yang besar.

Sama seperti teman saya di atas. Sebenarnya, di jurasan tarbiyah itu ada mata pelajaran yang aksentuasinya mengarah pada ke-tarbiyahan, meskipun masih tercatat minim. Contoh kecilnya, mata pelajaran manajeman dan psikologi pendidikan. Andai teman saya itu mau menghargai yang sedikit itu, mungkin dia akan berpikir bagaimana caranya yang sedikit itu bisa menjelma menjadi banyak.

Sudah semestinya dalam menghadapi barang kecil kita tidak boleh mendahulukan pikiran negatif. Sekecil apa pun barang itu, kita tetap mesti menyikapinya dengan berpikiran positif. Dengan berpikir positif, insya Allah kita dapat mengambil manfaat dari barang yang kecil itu. Bukankah, manfaat itu tidak melihat kecil-besarnya sesuatu?

Berpikir positif juga bisa menghindarkan seseorang dari sifat berkeluh-kesah dan putus asa. Orang yang berpikiran positif akan selalu menemukan jalan ketika ia tersesat. Jika tetap tidak menemukan pun, ia tidak akan pernah menyerah dan putus asa. Dia yakin pasti ada jalan yang mengeluarkannya dari ketersesatan itu. Dengan keyakinan dan pikiran positif itu dia tidak akan pernah mengenal istilah menyerah dan putus asa.

Beda dengan orang yang selalu berpikiran negatif. Dia akan mudah tumbang meski hanya hembusan angin kecil yang menerpanya. Dia akan berhenti dan menyerah pada kerikil-kerikil kecil yang manghalau langkah kakinya. Dia tidak akan bangkit saat ia terjatuh. Dia lebih memilih mengharap datangnya bantuan. Itulah perbedaan nyata orang yang pikirannya selalu positif dengan orang yang pikirannya selalu negatif.

Maka, ingatlah bahwa Tuhan kita, Allah swt, Mahasempurna, Mahapenyayang dan Mahapengasih. Dia tidak akan pernah menzalimi hamba-hamba-Nya yang berusaha. Ketika hamba-Nya berjuang tanpa kenal lelah dan putus asa, sembari mengharap rahmat-Nya, maka Dia pasti akan mempermudah dan menyukseskan apa yang diperjuangkan oleh hamba tersebut. Dia tidak akan membiarkan keringat hamba-Nya mengalir begitu saja tanpa mendapatkan apa-apa. Kita berusaha, Dia memberi. Dan, itu pasti. Karena Dia zat yang Mahasempurna




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline