Lihat ke Halaman Asli

Terhormat dengan Berprilaku Terhormat

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Sikapmu terhadap orang lain menentukan sikap orang lain terhadapmu.”
Faktanya, memang tidak sedikit orang yang ingin diperlakukan terhormat oleh orang lain, sementara dirinya enggan menghormat kepada orang lain. Ingin dihargai, tetapi di lain tempat dia tidak mau menghargai. Dan, keinginan semacam itulah yang sering melahirkan karakter egois pada diri seseorang. Padahal, dengan sifat itu ia tidak akan pernah dihormat dan diperlakukan dengan baik oleh orang lain.
Islam sebagai agama rahmatan lil alamin sebenarnya telah banyak menyeru kepada umatnya agar selalu berbuat baik kepada orang lain, kepada orang kafir sekalipun. Dengan tetap meyakini agama orang kafir itu tidak benar. Sebab, menghormat bukan berarti membenarkan. Menghormat hanya sebatas menghargai dan memberi kebebasan kepada orang lain untuk menjalankan keyakinannya.
Dalam Islam dikenal pula konsep ibda’ binafsik, mulailah dengan diri sendiri. Dengan memulai dari diri sendiri, orang lain akan mudah berprilaku baik dan menghormat kepada kita. Tunjukkan kepada orang lain bahwa kita memang pantas untuk dihormat dan dimuliakan. Muliakan diri kita sendiri, orang lain pun akan ikut memuliakan diri kita. Pun berprilaku baiklah kepada orang lain, mereka pun akan bersikap baik pada kita. Bahkan, terkadang lebih baik daripada yang kita lakukan pada mereka.
Hilangkan sikap egois dan ujub yang tertanam dalam diri kita. Tak ada untungnya kita memeliharanya. Sikap itu justru yang akan membuat kita terhina dan nista di hadapan munusia dan Tuhan alam semesta. Maka, bersikaplah tawaduk, rendah diri dan rendah hati. Rendah diri bukan berarti menghinakan diri. Rendah diri adalah menyadari bahwa apa yang kita punya bukanlah milik kita; menyadari bahwa kita adalah manusia yang disesaki oleh kekurangan dan jauh dari kata kesempurnaan; menyadari bahwa yang Maha Sempurna hanya Tuhan yang memiliki segalanya, Tuhan yang tidak bercacat, Tuhan yang Mahaagung, Tuhan Pencipta alam semesta, Allah swt. Seperti itulah sikap rendah diri yang hakiki.
Bersikap rendah diri dan rendah hati kepada orang lain, tapi pada saat bersamaan dalam diri kita masih ada kepercayaan bahwa kita lah sebenarnya orang yang pantas dimuliakan –karena kita merasa dalam diri kita ada sifat-sifat mulia, maka sikap seperti itu sama sekali tidak dapat dikatakan tawaduk. Karena, dalam dirinya masih tersimpan sifat ujub. Maka, hormatilah orang lain karena kita tahu bahwa dalam diri kita masih banyak kekurangan; kita tahu bahwa belum tentu kita lebih baik dari orang lain. Bersikaplah terhormat pada orang lain, niscaya orang lain akan bersikap terhormat pula pada kita. Sikapmu pada orang lain menentukan sikap orang lain terhadapmu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline