Lihat ke Halaman Asli

Mukhotib MD

consultant, writer, citizen journalist

Strategi Menghapus Pelecehan Seksual di Transportasi Umum

Diperbarui: 8 November 2022   16:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Gambar: Rob Owen-Wahl dari Pixabay 

Korban pelecehan seksual di transportasi publik tak hanya perempuan, tetapi juga laki-laki. Mereka mengalami trauma, dan membutuhkan konseling psikologis. Sementara imbauan untuk segera mengadukan saat mengalami kekerasan, tak dibarengi dengan penjelasan bagaimana penyelenggara transportasi umum itu akan menangani aduannya.

Pelecehan seksual merupakan salah satu bentuk dari 15 bentuk kekerasan seksual sebagaimana Komnas Perempuan mendefinisikannya. Pelecehan seksual dipahami sebagai bentuk tindakan seksual secara sentuhan fisik dan non-fisik dengan sasaran organ seksual dan seksualitas korban.

Misalnya, siulan, ucapan seksual, mempertunjukkan pornografi dan keinginan seksual, colekan atau sentuhan di bagian tubuh, gerakan dan isyarat yang bersifat seksual.

Semua tindakan itu menyebabkan rasa tidak nyaman bagi korban, merasa direndahkan harkat dan martabatnya, dan bisa menimbulkan gangguan kesehatan, seperti traumatik sepanjang hidupnya. 

Dari Data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak menunjukkan, pada Semester I 2022 (Januari-Juli 2022) terjadi kasus pelecehan seksual di fasilitas umum, termasuk transportasi umum sebanyak 213 kasus.

Jumlah ini tentu saja cukup besar dan membutuhkan penanganan serius bagi penyelenggara layanan transportasi umum. Sebab, mereka memiliki kewajiban melindungi para konsumennya dari berbagai ancaman kekerasan fisik, non-fisik, kekerasan seksual.

Sementara itu konsumen berhak atas layanan yang aman, nyaman, dan terbebas dari berbagai tindakan merendahkan martabat dan harkatnya sebagai manusia.

Strategi

Pemerintah dan penyelenggara transportasi mesti membuat sistem keamanan yang berlapis dan menegakkan hukum secara tegas kepada pelaku, sehingga bisa menghapuskan tindak pelecehan seksual.

Sistem keamanan tersebut mencakup empat tahapan yang tak terpisahkan satu dengan lainnya: pencegahan, penanganan, perlindungan, dan pemulihan.

Pada ranah pencegahan, pemerintah dan penyelenggara transportasi secara terus menerus melakukan kampanye pencegahan dengan memberikan peringatan kepada publik. Kampanye ini bisa dalam berbagai bentuk media, seperti poster, running teks, video, dan voice.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline