Setiap bulan puasa, di kampung Bluwangan selalu ramai. Pasalnya, di lapangan desa sejak hari kelima sampai sampai hari keduapuluh lima, dibuka pasar dadakan. Barang dagangan yang dijajakan juga beraneka ragam, memenuhi kebutuhan masyarakat keseharian, dan juga kebutuhan selama lebaran nanti. Pedagangnya berasal dari berbagai daerah, bahkan ada juga yang dari luar jawa.
Kliwon tidak ketinggalan turut meramaikan pasar tiban ini dengan menjual kelapa muda (degan) hijau. Uniknya, ia tidak menyediakan gelas. Kalau ada yang membeli untuk berbuka di tempat, ia akan membuka degan itu di satu sisi, lalau menyerahkan kepada pembeli begitu saja. Kalau ada yang membeli untuk dibawa pulang, ia akan memilih berulang-ulang, sampai ia yakin benar memang kelapa mudanya bagus.
"Kalau nanti terlalu tua, boleh ditukar lagi, Bu," kata Kliwon sambil menyerahkan dua butir kepala muda kepada pembelinya.
Hari ini dagangan Kliwon habis lebih awal. Hanya tinggal 10 butir, itu pun karena Kliwon tidak menjual kalau hendak dibawa pulang. Ia menyediakan 10 butir untuk pembeli yang akan meminum degan di tempat. Ia memasang tulisan di tempatnya berjualan, 'hanya minum di temoat.'
"Mereka kecewa kalau datang sudah habis," katanya.
Pasar dadakan ini, menurut Pak Lurah, saat memberikan sambutan pembukaan pasar dadakan, memang sangat menguntungkan penduduk kampung Bluwangan. Mereka tidak saja turut berdagang seperti Kliwon dan Mas Dzul dengan membuka angkringan berdekatan dengan meja dagang Kliwon. Warga juga bisa mendapatkan barang-barang murah, terutama kebutuhan dapur, pakaian dan peralatan rumah tangga.
"Bagi para pedagang, terutama yang dari luar daerah, pasar dadakan memberi keuntungan yang cukup besar dengan tersedianya konsumen baru, pembeli baru."
Pak Lurah berharap semua pihak menjaga keamanan dan kenyamanan di pasar dadakan ini. Kalau ada yang membuat kerusuhan, segera tangkap dan serahkan ke pihak kepolisian. "Kita tidak menerima tindak kekerasan dalam bentuk apapun," kata Pak Lurah.
"Pak Lurah memang pintar, ya, "kata Dzul sambil menata dagangannya, ada nasi bungkus, sate telur puyuh, aneka gorengan, tahu bacem, kacang godok, dan minuman panas. Ia menatanya dengan rapi sehingga tida terkesan kumuh. Terlebih dengan penerangan dari lampu templok, sangat mendukung untuk menyembunyikan ketidakrapihan.
"Weh, Pak Lurah itu sarjana dua kali. Saya dengar dari Pak RT, malah sekarang sedang mau lulus sarjana yang ketiga," kata Kliwon.
'Maksudnya bagaimana, sarjana tiga kali," kata pembeli di angkringan Mas Dzul.