Hari ini, (22/12), Harian Kompas edisi cetak dan Kompas.com untuk edisi online, mendapatkan penghargaan Dian Award, dari Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Agum Gumelar, Penghargaan diberikan dalam kemasan acara "Gemilang Perempuan Indonesia". Anugerah ini mengukuhkan harian Kompas edisi cetak dan online sebagai media paling inspiratif bagi gerakan perempuan di Indonesia bersama dengan media lain, dalam kategori tabloid, majalah dan televisi.
Kriteria utama pemberian anugerah ini bagi media, telah memiliki peran yang signifikan bagi kemajuan perempuan, terutama dalam mengubah cara pandang masyarakat terkait dengan keadilan dan kesetaraan jender. Dengan mencermati kriteria ini, Kompas memang layak mendapatkan penghargaan ini.
Beberapa Argumen
Ada bangunan argumentasi yang bisa dikembangkan untuk mendukung kelayakan penghargaan ini. Pertama, dari sisi manajemen. Kompas memberikan penghargaan yang sama antara jurnalis perempuan dan laki-laki. Hal ini terbukti, misalnya, dengan tampilnya Maria Hartiningsih dan Ninuk M Pambudi yang cukup disegani di kalangan gerakan perempuan Indonesia. Selain itu, ada Daniel Dhakidae, jurnalis laki-laki Kompas yang sangat menaruh minat pada kemajuan perempuan di Indonesia.
Kedua, dari sisi content. Harian Kompas cukup baik dalam menyajikan berita-berita yang terkait dengan persoalan perempuan. Lihat saja, misalnya, saat memuat berita mengenai kekerasan seksual, Kompas hampir tidak pernah mengambil sudut pandang pemberitaan (angle) dari kronologis peristiwa kekerasan seksual yang dialami perempuan. Pilihan sudut pandang yang jamak dan bahkan selalu digunakan media lain dalam pemberitaan yang sama.
Ketiga, dalam rubrik opini Kompas juga tidak pernah membedakan antara penulis perempuan dan laki-laki. Medalion kalau kita buat persentase, rubrik opini memang masih didominasi oleh penulis laki-laki. Dan dalam sisi tema penulisan, sedikit isu perempuan diangkat dalam rubrik ini. Sebagai contoh, ketika terjadi kasus kekerasan seksual yang dialami pelajar SMP Depok terkait juga dengan pernyataan Menteri Pendidikan Nasional, hanya ada satu tulisan yang dimuat di rubrik opini.
Disayangkan
Berkaitan dengan pemberian penghargaan ini, ada yang patut disayangkan, dengan dihidangkannya rubrik SWARA oleh manajemen Kompas dua tahun laku. Padahal rubrik cukup memberikan ruang bagi penulis perempuan dan bagi tulisan-tulisan mengenai isu perempuan. Melalui rubrik ini, berbagai isu perempuan bursa diangkat dari berbagai perspektif. Sehingga penyebaran wacana keadilan jender, hak kesehatan seksual dan reproduksi, buruh perempuan, pekerja rumah tangga, kekerasan terhadap perempuan akan terus tumbuh subur. Dan tentu saja kian mempercepat perubahan cara pandang tentang perempuan ke arah yang lebih positif.
Maka, untuk semakin melengkapi kelayakan sebagai penerima penghargaan ini, kenapa rubrik itu tidak dihidupkan kembali. Bagaimana Mbak Maria dan Mbak Ninuk, setujukah?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H