Lihat ke Halaman Asli

Introduksi Pengolahan Minyak Jelantah Menjadi Sabun Batang Guna Mengurangi Cemaran Limbah Cair Rumah Tangga di Desa Bulus oleh Mahasiswa MMD FTP UB

Diperbarui: 3 Agustus 2024   03:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Demonstrasi yang sedang dilakukan oleh salah satu mahasiswa FTP, memberikan pengetahuan terkait cara pembuatan sabun minyak jelantah/dokpri

Mahasiswa Membangun Desa (MMD) adalah sebuah program yang diciptakan oleh Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya (FTP UB).  Program ini berfungsi sebagai wadah bagi mahasiswa FTP UB dalam melaksanakan pengabdian kepada masyarakat secara terstruktur dan berada dalam pengawasan panitia dosen FTP UB. Salah satu program kerja yang dibawakan oleh kelompok 38 melaksanakan introduksi pengolahan minyak jelantah menjadi sabun batang di Desa Bulus, Kecamatan Bandung. Program kerja tersebut diselenggarakan pada tanggal 9 Juli 2024 yang memiliki tujuan untuk mengurangi cemaran limbah cair minyak jelantah yang tidak diolah dengan baik. Hal ini sangat penting karena dapat mempengaruhi lingkungan ekosistem disekitar desa tersebut. Kegiatan tersebut tidak hanya berguna untuk menjaga lingkungan, tetapi juga dapat menjadi sabun yang dapat membersihkan noda membandel, dan dapat menjadi salah satu komoditas di Desa Bulus. Diharapkan dengan introduksi ini, masyarakat Desa Bulus dapat memahami pentingnya tentang menjaga lingkungan dan dapat meningkatkan perekonomian di desa tersebut.

Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya menyelenggarakan kegiatan pengabdian masyarakat yang membuat Desa Bulus menjadi perhatian publik selama 14 hari. Tujuan dari MMD FTP, program unggulan FTP, adalah untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat di wilayah Desa Bulus, Tulungagung. Ini sesuai dengan SDGs nomor 9 yang menjelaskan industri, inovasi, dan infrastruktur yang dapat mendorong usaha baru untuk mengubah minyak jelantah menjadi produk yang memiliki nilai lebih tinggi. Ini juga sesuai dengan SDGs nomor 12 tentang konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab, yang berarti masyarakat dapat mengolah dan memproduksi minyak jelantah dengan baik sehingga dapat digunakan secara pribadi atau dijual.

FTP berkomitmen untuk memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat, khususnya di bidang teknologi pertanian, yang mendasari kegiatan ini. Desa Bulus dipilih karena keterbatasan teknologinya. Selain itu, Desa Bulus memiliki sedikit usaha kecil dan menengah (UMKM) dan tidak banyak yang memanfaatkan potensi unggulan yang ada, seperti bawang merah. Minyak jelantah, selain bawang merah, dapat diolah menjadi berbagai produk yang menarik dan menguntungkan, salah satunya adalah sabun batang. Mempelajari cara mengolah minyak jelantah menjadi sabun batang akan sangat penting untuk meningkatkan kesadaran akan lingkungan.

Selama program, terdapat sosialisasi dan pendampingan tentang pembuatan sabun batang dari minyak jelantah. Kegiatan berlangsung di Balai Desa Bulus pada pukul 10.00 pagi. Acara dimulai dengan sambutan dari koordinator desa yang menjelaskan pentingnya inovasi dalam pengolahan minyak jelantah. Selanjutnya, ada sesi pemaparan di mana narasumber menjelaskan manfaat sabun minyak jelantah, proses pembuatan sabun batang, dan kegunaannya. Setelah itu, dilakukan demonstrasi pembuatan sabun minyak jelantah menjadi sabun batang. Sesi berikutnya adalah diskusi tentang manfaat dan proses pengolahan. Pada sesi terakhir terdapat pertanyaan dan kuisioner untuk memastikan pemahaman yang baik tentang materi yang disampaikan.

Ibu-ibu PKK bertanya dalam sesi tanya jawab yang diselenggarakan oleh mahasiswa FTP/dokpri

Salah satu warga memberikan pendapatnya terhadap program kerja tersebut. "Kami baru tahu ternyata minyak jelantah dapat diolah menjadi sabun batang. Bahkan, kami baru tahu kalau ternyata proses pembuatannya sangat sederhana dan mudah. Hal ini merupakan pengetahuan yang baru bagi kami." ujar salah seorang ibu rumah tangga di Desa Bulus.

Salah satu dosen pembimbing lapang, telah melakukan monitoring dan evaluasi terhadapa mahasiswa MMD kelompok 38 dan perangkat desa/dokpri

Koordinator dosen pembimbing lapang MMD kelompok 38, Kiki Fibrianto, S.TP., M.P memberikan tanggapan rasa bangganya atas partisipasi aktif dan antusiasme yang diberikan oleh masyarakat desa. "Saya mewakili para dosen merasa bangga atas segala kerja keras dan usaha yang telah dilakukan oleh mahasiswa MMD kelompok 38 dan para warga Desa Bulus yang juga membantu meramaikan dan berpartisipasi dalam segala kegiatan yang telah diadakan sejauh ini oleh mahasiswa. Saya berharap kedepannya semua hal yang telah dibawakan dan diberikan oleh mahasiswa ini dapat bermanfaat seterusnya bagi desa ini hingga kedepannya." ujarnya.

Banyak hal positif yang diperoleh oleh mahasiswa maupun warga desa dari berjalannya program MMD ini. Masyarakat desa sempat menyayangkan karena program pengabdian ini di desa tersebut hanya berjalan 2 minggu, padahal mereka berharap agar program KKN ini berjalan lebih lama lagi. Setelah program pengabdian masyarakat ini berakhir, Universitas Brawijaya berharap dapat melanjutkan program serupa di masa mendatang dan menginspirasi lebih banyak institusi untuk berpartisipasi secara aktif dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline