Lihat ke Halaman Asli

Jomblo, Gak Takut

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Kapan kamu nyusul aku?”. Itu pertanyaan yg sering dilayangkan ke saya (sebelum menikah) ketika teman-teman seangkatan saya mengakhiri masa lajangnya. Saya hanya tersenyum (semanis mungkin) dan singkat jawabnya, "Emang semua orang harus nikah?". Pasti temen saya langsung komen: " Ngomong karo wong edan siji kuwi yo ra bakalan menang!" (Ngomong dengan orang gila satu tiu ya nggak bakalan menang)

Saya kemudian merenungkan akan arti sebuah pacaran sebagai awal perkenalan sebelum pernikahan. Saya teringat akan beberapa sahabat saya yang menikah dan kehidupannya yang begitu menyedihkan; rumah tangganya berantakan, kehidupan keluarganya yang tak harmonis, hubungan dengan mertua yang bagaikan anjing dan kucing, suami yang dulunya perhatian waktu pacaran kini menjadi seorang yang egosentrik dll. “Ahhhh….ternyata kehidupan perkawinan juga tak kalah rumit ketika jadi jomblo,” batinku.

Saya teringat akan kata-kata teman satu tim di DELTA MIND TRAINING.”Memangnya kalau menikah semua persoalan itu akan selesai? Menikah itu kan sebenarnya cari masalah baru to, Mbak?” Betapa banyak persoalan yang terjadi di dalam sebuah rumah tangga. Apalagi kalau sudah memiliki anak, maka persoalan pun akan bertambah banyak.

Saya kemudian ingat akan buku yang pernah saya baca beberapa waktu lalau mengenai pasangan hidup. Pada dasarnya memilih pasangan hidup bukanlah untuk memenuhi kepuasan, harapan orang lain, tetapi memenuhi kepuasan dan harapan diri sendiri. Memilih dilakukan dengan sadar dan didasarkan dengan cinta. Mencintai seseorang berarti menaruh minat terhadap apa yang ada di luar dirinya, tidak memikirkan diri sendiri. Mencintai seseorang berarti juga tidak ada orang lain di luar orang dicintai. Inilah bentuk penyangkalan yang dikandung cinta. Mencintai juga merupakan sebuah komitmen 3 dimensi: berkaitan dengan Tuhan, diri sendiri dan orang yang dicintai. Komitmen itu merupakan hasil dari pilihan yang menghasilkan keputusan dan ditegaskan dalam sebuah tindakan (komitmen).

Menjadi jomblo atau masih seniri itu bukan kutukan. Menjalani hidup dengan riang gembira dan penh syukur adalah hal terbaik yg dilakukan sambil tetap berelasi dengan semua orang. Menjadi jomblo bukannya tanpa persoalan. Lajang juga punya persoalan hidup.

Sahabat, sebagai bahan refleksi: Sejauh mana aku menjaga komitmen yang aku tegaskan pada pasanganku?

Harold.H Kusner:

“Manusia menikah untuk mencapai keutuhan, untuk menjadikan mereka lengkap. Alasan terdalam dari menikah bukanl;ah untuk memuaskan diri kita secara seksual maupun psikologis, bukan pula untuk memberikan kesempatan menyenangkan dan memuaskan pihak lain.”

Semoga memberi input untuk yang membaca.

Salam Kompasiana :))




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline