Pada tahun 2010, saya mendapat kesempatan pergi ke Hong Kong sebagai bagian dari Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Hasanuddin. Di kesempatan tersebut saya mendapat banyak pengalaman yang tak terlupakan, apalagi ini merupakan perjalanan luar negeri pertama kali, yang membuka wawasan saya tentang kehidupan negara lain. Dari banyak pengalaman itu, ada satu pelajaran berharga yang saya amati yaitu melihat bagaimana transaksi mengunakan mata uang asing secara langsung. Pengalaman ini kemudian membentuk wawasan saya mengenai praktik pembayaran cashless dan aktivitas ekonomi lintas batas antar negara di saat ini.
Kembali ke kisah awal, saat persiapan perjalanan ke Hong Kong itu, ada satu hal yang wajib disiapkan yakni uang tunai. Membawa mata uang yang benar merupakan hal paling utama ketika Anda bepergian ke luar negeri. Oleh karena itu, saya menukar sejumlah uang Rupiah ke Dollar Hong Kong untuk menghadapi berbagai keperluan, seperti transportasi, makanan, dan tentu saja, untuk membeli oleh-oleh. Tetapi, seperti yang sering terjadi pada banyak wisatawan, biasanya akan ada sisa uang yang berasal dari kembalian ataupun uang yang tidak sempat digunakan, yang akan dibawa kembali ke Indonesia. Uang inilah yang saya istilahkan sebagai "oleh-oleh uang Dollar."
Sebenarnya istilah "oleh-oleh uang Dollar" ini jamak kita temukan. Yang mana hal ini merujuk pada kebiasaan dimana seseorang yang baru kembali dari perjalanan luar negeri diharapkan untuk membawa pulang uang asing sebagai oleh-oleh atau hadiah untuk keluarga atau teman-teman. Pada saat itu, karena saya belum memiliki pengalaman yang cukup dalam perjalanan internasional disertai tidak paham mengenai cara penukaran uang asing kembali ke mata uang rupiah, jadinya, uang sisa tersebut akhirnya hanya menjadi semacam souvenir, yang kedudukannya sama seperti oleh-oleh gantungan kunci. Bila diingat sekarang, hal tersebut bisa menjadi sebuah tindakan yang tidak bijaksana dalam memanfaatkan uang.
Menuju Cashless Society dengan QRIS
Mengutip dari laman Bank Indonesia, perkembangan cashless society di Indonesia dimulai sejak Bank Indonesia (BI) mencanangkan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) pada 14 Agustus 2014 yang bertujuan untuk menciptakan sistem pembayaran yang aman, efisien dan lancar, yang pada gilirannya akan dapat mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien. GNNT juga diharapkan mampu meminimalisasi kendala dalam pembayaran tunai, seperti uang tidak diterima karena lusuh/sobek/tidak layak edar dan meningkatkan efisiensi saat transaksi di mana masyarakat tidak perlu membawa uang dalam jumlah besar. Dengan demikian, dapat meningkatkan efektivitas transaksi yaitu menghindari adanya kesalahan hitung atau human error. Pada gilirannya GNNT akan dapat mewujudkan ekosistem cashless society. Hal ini semakin terwujud semenjak BI meluncurkan QRIS pada 17 Agustus 2019, bertepatan dengan hari ulang tahun ke-74 Indonesia. Sejak saat itulah QRIS menjadi solusi terhadap kesemrawutan pembayaran dengan beragam kode QR yang telah ada sebelumnya.
Hemat saya, babakan sejarah perekonomian Indonesia mungkin bisa ditambah dengan penanda baru yaitu Indonesia before-QRIS dan Indonesia after-QRIS. Karena dengan adanya QRIS pengguna dapat melakukan pembayaran ke berbagai jenis aplikasi mobile payment berbasis QR code yang disediakan oleh penyelenggara jasa sistem pembayaran (PJSP) hanya dengan menggunakan satu QR code saja.
Sebegitu pentingnya kehadiran QRIS ini dapat dilihat berdasarkan data BI bahwa QRIS di Indonesia telah menjangkau 25,4 juta merchant/ pedagang. Dari sisi pengguna, per Maret 2023 mencapai 32,41 juta atau bertambah 20,9 juta dari 2021 yang berjumlah 11,5 juta. Pertumbuhan ini tentunya menarik dalam rangka mewujudkan cashless society di Indonesia. Tidaklah salah bila QRIS muncul dengan mengusung tagline UNGGUL yang mempunyai makna Universal, Gampang, Untung, dan Langsung. Dengan prinsip CeMuMuAH yang merupakan singkatan dari Cepat, Mudah, Murah, Aman dan Handal.
Dapat dilihat pada data grafik diatas menunjukkan pertumbuhan QRIS yang konsisten dari tahun ke tahun dalam volume dan nilai transaksi. Volume transaksi tahun 2022 mencapai angka yang signifikan, yaitu 1.003.198.864, dengan peningkatan volume tahunan sebesar 132% dan peningkatan nilai sebesar 164%. Nilai transaksi tercatat sebesar IDR 15,35 triliun, dengan volume pada bulan Maret 2023 mencapai 152,5 juta. Ini mengindikasikan bahwa QRIS terus mengalami pertumbuhan yang signifikan dan diterima baik oleh masyarakat dan pelaku usaha di Indonesia.
Memang ada banyak manfaat menggunakan QRIS, bagi mercant/ pedagang setidaknya ada 7 manfaat yaitu:
- Mendorong rantai pembayaran digital dari hulu ke hilir sehingga cost effective dan hemat biaya pengelolaan uang tunai
- Membangun credit profile untuk kemudahan mendapatkan pinjaman
- Cara bayar yang higienis
- Transaksi tercatat & langsung masuk rekening sehingga mudah dimonitor dan diawasi oleh perusahaan
- Tidak perlu uang kembalian, bebas risiko pencurian dan uang palsu
- Mengikuti tren sehingga meningkatkan penjualan
- Murah dan bebas biaya bagi Usaha Mikro
Selain dari sisi pedagang, tentunya kehadiran QRIS juga memberi manfaat dari pengguna/ customer yaitu:
- Cara pembayaran kekinian yang praktis
- Pengeluaran tercatat
- Aman, penyelengaraan pasti perijin dan diawasi BI
- Cepat dan nyaman
- Efisien, cukup pakai aplikasi favoritmu
- Media bayar non tunai ke pemerintah, membantu pelaku UKM dan akselerasi ekonomi keuangan digital.
Cross-Border Transaction melalui QRIS Cross-Border: Just Scan and Pay!
Sebagai solusi pembayaran masa kini, QRIS ternyata tidak berhenti berinovasi. Salah satu upaya yang dijalankan oleh Bank Indonesia adalah mendorong konektivitas lintas batas negara melalui sistem pembayaran, yang lebih dikenal sebagai Cross-Border Transaction. Hal ini tentunya menjadi angin segar bagi wisatawan. Inilah yang dikatakan sebagai semangat zaman baru. Bagaimana tidak, bila dahulu sebelum ke luar negeri pasti akan direpotkan dengan urusan penukaran mata uang, kini secara lantang bisa kita ucapkan selamat tinggal pada masa-masa itu. Kini ke luar negeri pun tidak perlu bawa uang tunai, karena sudah ada QRIS.