Lihat ke Halaman Asli

M Lendri Julian

Sedang ber-fiksi. Hubungi aku via do'a

Senja Bunga

Diperbarui: 4 September 2019   09:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pxhere.com

Selepas Salat Ashar Bunga terdiam, duduk bersila di atas sajadahnya. Neneknya sudah memanggil-manggilnya, menyuruhnya pergi berbelanja bermacam keperluan untuk dagang nasi uduk di hari esok. Namun Bunga masih terdiam. Mulutnya komat-kamit membacakan bacaan dzikir. Bunga berusaha khusyuk, agar jiwanya sampai kepada Sang Pencipta.

"Bunga cepet belanja. Udah mau Maghrib." Suruh Neneknya.

"Subhanallah, Subhanallah, Subhanallah." Terdengar suara Bunga yang tetap fokus pada dzikir-nya. Neneknya tak dia sahut.

Neneknya terdiam, menganggap Bunga masih fokus terhadap dzikiran-nya. Sembari menunggu selesainya dzikir Bunga, Nenek menyalakan televisi. Begitu ternyalakan televisi itu, Nenek mendapati channel yang menyiarkan berita. Berita yang mewartakan berbagai peristiwa penting yang sedang dialami Indonesia.

Nenek mendapati berita tentang Pemindahan Ibu Kota Indonesia yang akan segera dilakukan oleh Pemerintah. "Presiden Jokowi  meresmikan Kaltim menjadi tempat tujuan Pemindahan Ibu Kota Indonesia." Baca Nenek pada judul topik yang sedang disiarkan channel berita tersebut.

"Alhamdullilah, Alhamdullilah, Alhamdullilah." Bunga masih melanjutkan dzikir-nya pada sore itu. Suara dzikir-nya mengeras. Dia mencoba menambahkan fokusnya, karena suara seorang penyiar berita di channel yang sedang ditonton Nenek, amat menganggunya dalam ber-dzikir. Suara dzikir Bunga dan suara seorang penyiar berita pun kini tengah saling mengadu suara pada sore itu.

Waktu sudah hampir menuju Maghrib. Belanja berbagai macam keperluan untuk dagang nasi uduk pun belum terlaksanakan oleh Bunga. Nenek pun semakin tak sabaran, sebab jika sudah malam, warung tempat berbelanja itu akan tutup. Berkali-kali Nenek melihat jam di dinding.

Dengan tak sabarnya, Nenek memanggil-manggil Bunga yang tengah asik ber-dzikir. Kali ini Nenek menggedor-gedor pintu kamar Bunga. Bunga masih tak menyahutnya. Pintu kamarnya masih tertutup rapat, terkunci, sehingga Nenek tidak bisa membuka pintu itu.

"Bunga cepet. Udah Mau Maghrib." Kata-kata itu terdengar lagi oleh Bunga.

"Iya, bentar lagi, Nek." Akhirnya Bunga menyahut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline