Lihat ke Halaman Asli

M Lendri Julian

Sedang ber-fiksi. Hubungi aku via do'a

Lima Ribu Rupiah

Diperbarui: 2 September 2019   22:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

'Apeng' adalah nama seorang lelaki yang masih muda, pemilik bisnis buah Alpukat, sekaligus berstatus sebagai tetangganya Bunga. Apeng mempekerjakan saudara-saudaranya untuk membantu mengurusi bisnisnya itu. Dengan begitu, bisnis buah Alpukatnya dapat berjalan dengan lancar. 

Berbeda dengan Apeng, Bunga mengisi hari-harinya sebagai penghuni loteng. Setiap pagi hari, Bunga bergegas dari kamar tidurnya, lalu langsung menuju loteng kesayangannya. Hingga hari sudah menjadi malam, Bunga meninggalkan loteng itu, dan kembali menuju kamar tidurnya. 

Bunga masih menanti panggilan kerja. Namun belum satu pun perusahaan yang memanggilnya. Keadaan itu memaksa Bunga bekerja sebagai pencari kerja. Pikirannya dibuat cenat cenut memikirkan pekerjaan. Dengan begitu, Bunga pun kini hanya mengharapkan sebuah keajaiban turun dari Sang Pencipta. 

Beberapa hari ke belakang, loteng kedatangan tamu. Seorang tamu yang merupakan seorang Lelaki Tua yang hidupnya sedang dirundung berbagai permasalahan hidup. Dia bercerai dengan istrinya, tidak punya pekerjaan, dan juga mendapati hapenya sering mendadak ruksak. Alhasil, dia tidak mempunyai informasi tentang pekerjaan. Loteng adalah milik Kakek Bunga, dan Lelaki Tua itu adalah teman dari Kakek Bunga, maka Lelaki Tua itu meminta ijin kepada Kakek Bunga untuk menempati loteng selang sementara waktu. 

Kini loteng pun dipenuhi oleh para pencari kerja. Sedangkan tempat milik tetangga sebelah, dipenuhi oleh para pekerja. Setiap hari Apeng dan saudara-saudaranya sibuk mengurusi bisnis buah Alpukatnya. Setiap hari juga, Bunga dan Lelaki Tua sibuk mencari-cari pekerjaan, sekaligus sibuk sebagai penghuni loteng. 

Bunga selalu memperhatikan kesibukan Apeng dan saudara-saudaranya dalam mengurusi bisnis buah Alpukat. Keakrabannya dengan Apeng yang masih kaku, membuat Bunga malu untuk memberikan sapa. Hingga akhirnya, Lelaki Tua mencoba memberanikan diri untuk mendekati Apeng. 

Pada malam yang cukup larut, Lelaki Tua mendatangi tempat Apeng. Bermula dari meminjam gitar, Lelaki Tua berhasil bercakap-cakap panjang lebar dengan Apeng. Lelaki Tua selalu menyampaikan kembali hasil percakapannya dengan Apeng kepada Bunga. Pada akhirnya, Bunga pun mengetahui apa yang dicakapkan Lelaki Tua dan tetangganya itu. 

Waktu terus saja berjalan. Hari demi hari. Bunga masih tidak mendapatkan panggilan kerja. Begitupun dengan Lelaki Tua. Sedangkan Apeng, terlihat semakin sibuk mengurusi bisnis buah Alpukatnya. 

"Sini ikut! Ada kerjaan." Tiba-tiba Lelaki Tua mengajak kepada Bunga ketika hari sedang siang. Bunga pun bertanya-tanya. Pekerjaan apa? Dimana? Kapan? Siapa? Kenapa? Begitu kira-kira pertanyaan Bunga. Lelaki Tua pun menjawab "Sudah. Ikut saja."

Bunga pun menuruti perintah Lelaki Tua karena penasaran. Diajaknya Bunga oleh Lelaki Tua ke tempat tetangganya yang sedang berbisnis buah Alpukat, Apeng. Bertemulah mereka bertiga di tempat Apeng berbisnis. Apeng pun menjelaskan pekerjaan yang dia punya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline