Lihat ke Halaman Asli

Khasbi

Penulis Cerita Kehidupan

Cerpen | Angkringan Mbak Mawar

Diperbarui: 29 Agustus 2019   10:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Oleh: Amalia Tus Solikhah

Siang ini matahari sedang berada di puncak prestasinya. Bersinar terang dan menyilaukan. Tidak ada awan mengapung. Tidak ada pohon yang cocok untuk berlindung. Entah apa yang sedang terjadi, mungkin ini yang dinamakan pemanasan global. Suhu bumi meningkat, katanya. Yang aku pikirkan adalah apa yang penguin lakukan? Apakah mereka akan hijrah, jika daratan kutub es mereka meleleh dan menjadi lautan? Ah, pikiranku sedang kacau, yang aku inginkan sekarang hanya segelas es teh manis yang menyegarkan kerongkongan.

Akhirnya kuputuskan untuk membeli es teh manis di angkringan favoritku seorang diri. Ya, es teh manis murah meriah sangat cocok bagiku yang seorang mahasiswa rantau. Hanya dengan uang dua ribu rupiah saja, aku bisa menikmati es teh manis yang segar dan memandangi penjualnya yang seorang janda muda cantik menggelegar. Terkadang aku bertanya-tanya, mengapa wanita muda yang cantik luar biasa seperti dia menjadi janda? Tidak mempunyai otakkah mantan suaminya tersebut sehingga dia melepaskan Mbak Mawar yang---coba lihatlah dia, masih muda, cantik, baik hati, anggun, ah pokoknya dia sangat memesona.

Entah mengapa hari ini jiwa "Dora"-ku alias rasa kepoku sedang aktif-aktifnya. Aku sangat ingin tahu, mengapa Mbak Mawar yang cantik dan anggunnya bak Miss Universe ini berpisah dengan suaminya? Dan siapa tahu Mbak Mawar membuka pendaftaran calon suami untuk dirinya? Dan siapa tahu, aku adalah salah satu tipenya? Siapa tahu, iya kan?
Angkringan Mbak Mawar tidak seramai biasanya, hanya ada satu dua orang yang sedang berbincang sambil menikmati tempe mendoan. Jadi, ketika Mbak Mawar menghidangkan es teh manis untukku, kuberanikan diri untuk mewawancarainya.

"Mbak Mawar, mau tanya boleh?" kataku.

Mbak Mawar yang merasa terpanggil, menerawang isi otakku. Matanya yang cemerlang dipenuhi tanda tanya keheranan lalu tersenyum kepadaku dan menjawab dengan suaranya yang lembut, "Boleh Mas Bagus, mau tanya apa? Jangan tanya soal pelajaran, ya Mas Bagus. Saya enggak ngerti," jawabnya geli.

Sepersekian detik jantungku berhenti berdetak melihat Mbak Mawar tersenyum kepadaku. Tertawa di hadapanku. Apakah Mbak Mawar menyukaiku? Secara, ketampananku kan di atas rata-rata, tidak mengherankan jika Mbak Mawar memendam rasanya untukku. Ah, aku ini percaya diri sekali. Aku tetap saja seorang mahasiswa lama yang tak kunjung selesai skripsi dan yang mengerikan adalah aku masih pengangguran. Mana mungkin Mbak Mawar menyukai orang seperti diriku, iya kan? Hanya modal tampang, tidak ada gunanya.

Lalu dengan gugup ku jawab, "Mbak Mawar kok bisa sendiri to, Mbak?"

Mbak Mawar terkekeh mendengar pertanyaanku, giginya yang putih bagaikan mutiara berderet berkilauan. Dia dengan enteng menjawab, "Saya enggak sendiri kok Mas, kan ada Mas Bagus dan pelanggan yang lain."

Aku bingung bagaimana harus merangkai kata, bagaimana jika Mbak Mawar merasa tersinggung dan marah kepadaku? Aku jadi bimbang. Ah, namun aku sangat penasaran.

"He he he, maksud saya, Mbak Mawar kok bisa jadi janda sih, Mbak?" tanyaku mencicit.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline