Oleh: Muhammad Khasbi M.
Praktik mengajar dalam bingkai microteaching dan PPL sudah berada di depan mata. Tinggal menghitung hari saja!
Perjalanan saya menjadi mahasiswa mbadung ternyata sudah mencapai titik nadhirnya. Hampir bisa dipastikan, selama 7 semester (kecuali semester 1) saya tak pernah masuk kuliah. Yah, begitulah! Petualangan penuh resiko, akhirnya menemukan tembok besar yang tak bisa ditembus juga.
Tak disangka memang, ternyata saya sudah semester 7. Tak disangka juga, ternyata saya sudah tua. Hehe ~
Di usia yang semakin senja, saya dipaksa (dan juga terpaksa) mengubah prinsip dari yang sebelumnya idealis menjadi realistis.
Iya, walaupun sejatinya saya masih bingung mana yang idealis dan mana yang realistis? Tapi, intinya saya disuruh merubah prinsip hidup.
Dulu, prinsip saya seperti ini; "Kalau orang lain bisa, kenapa harus saya?"
Nah, prinsip yang luar biasa itu diganti dengan; "Kalau orang lain bisa, saya juga harus bisa!"
Saya pun akhirnya menurut saja dengan paksaan takdir. Toh, itu hanya masalah prinsip kok. Iya, benar-benar masalah prinsip. Bukan masalah per-cinta-an atau per-hijrah-an yang membuat pening kepala.
Berbicara soal prinsip jadi kepengen mengulas kembali tentang 'prinsip mengajar' yang selama ini saya pegangi. Iya itung-itung mengingat kembali mata kuliah di semester 1 kala itu. Prinsip mengajar saya ini terinspirasi dari ucapan William Butler Yeats; "Pendidikan bukan mengisi ember, tetapi menyalakan api."
Kalimat itu benar-benar merobek tatanan berpikir saya yang waktu itu masih kolot. Maklum, baru lulus sih!