Lihat ke Halaman Asli

M Kabul Budiono

Old journalism never dies

Penghargaan Untuk Sastra Migran

Diperbarui: 24 Juni 2015   21:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13533722421866112175

Sastra Migran ? Istilah ini dikemukakan Putu Arcana – redaktur Kompas – dalam acara penganugerahan kepada duapenulis cerita pendek terbaik RRI Voice of Indonesia di Jakarta, 11 November lalu. Bli Putu, demikian panggilan akrabnya, menyebut karya sastra para WNI yang tinggal di luar negeri sebagai sastra Migran.

[caption id="attachment_217166" align="alignleft" width="300" caption="Julie Nava dan Indira Margaretha menerima Bilik Sastra VOI 2012 dari Direktur Keuangan RRI Anhar Achmad. Disaksikan Jumhur Hidayat Kepala BNP2TKI dan Sekretaris Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa - Ibu Yeyen Wahyuni"][/caption] Dua pemenang yang mendapatkan penghargaan dariRRI Voice of Indonesia itu adalah Julie Nava – yang tinggal di Michigan Amerika Serikat dan, kedua Indira Margaretha di Hongkong. Berbeda dengan Indira yang bekerja sebagaipembantu rumah tangga, Julie Nava dalah perempuan Indonesiayang menikah dengan orang Amerika dan tinggal di Township Michigan USA. Ia sekali kali juga bekerja sebagai perawat. Yang sama dari keduanya adalah sama sama penulis. Di sela sela kesibukannya, baik Indira maupun Julie – yang kelahiran Jawa Tmur – sempat sempatnya menulis cerita pendek dan essay. Karya Julie Nava berjudul Ketika Cinta Memanggilku Mama mendapat predikat terbaik satu dan Jalan Pilihan karya Indira terbaik dua.

Acara penyerahan yang diwarnai dengan dialog interaktif dan antaralain dihadiri oleh Kepala BPN2TKI – Jumhur Hidayat berlangsung di Pusat Dokumentasi Sastra HB Yassin Taman Ismal Marzuki pada hari Minggu, 11 November 2012 siang berkenaan dengan peringatan Hari Pahlawan. Mengapa demikian, sebab bukankah para migran khususnya para TKW itu adalah juga Pahlawan ? Setidaknya sebagaimana lazim disebut – mereka adalah Pahlawan Devisa.

Pemberian penghargaan terhadap sastra migran tahun 2012 adalah yang kedua kalinya dilakukan RRI Siaran Luar Negeri Voice of Indonesia.

[caption id="attachment_217167" align="alignright" width="300" caption="Indira Margaretha menerima sertifikat dari VOI. Bergambar bersama Pimpinan VOI dengan latar belakang fiti Paus Sastra Indonesia - (alm ) HB Yassin"]

13533725251439194138

[/caption]

Tahun 2011, pemenangnya adalahNadia Cahyani dari Hongkong dan Nessa Kartika dari Singapura.Bagaimana proses penilaiannya. Cerita pendek yang dinilai adalah cerita pendek yang dikirimkan WNI di luar negeri pendengar Voice of Indonesia dan disiarkan melalui acara Bilik Sastra setiap Minggu siang pukul 13.00 sampai 14.00 WIB. Tahun ini adalah 30 cerita pendek yang dinilai oleh tim juri yang terdiri dari novelis Pipiet Senja, redaktur harian Kompas Putu Arcana dan Mustakhim dariBadan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Kemendikbud. Seluruh karya cerpen yang terkumpul periode Juli 2011 sampai Juli 2012 ini akan dibukukan, menyusul antologi pertama yang sudah terbit denganJudul Siluet Pahlawan.

Berdasarkan catatan para Juri cerita pendek karya para migran hampir seluruhnya terinspirasi dari kehidupan mereka sebagai TKW dan pengalaman hidup di rantau orang. Jalan Pilihan karya Indira Margaretha merupakan cerita pendek yang melukiskan bagaimana seorang TKW tetap memilih bekerja di sebuah keluarga kurang mampu di Hongkong, ketimbang ikut majikan yang lebih kaya. Alasannya adalah kemanusiaan. Benang merah itu pula, yang membuat Putu Arcana jatuh hati pada karya yang satu ini. Inspiratif dan manusiawi, demikian tutur Arcana dalam diskusi antar tim juri ketika menentukan pemenang. Akan halnya karya Julie Nava dinilai baik karena mampu menuturkan cerita dengan bahasa yang baik serta menyentuh rasa kemanusia. Melalui cerpen berjudul Ketika Cinta Memanggilku Mama, Julie berkisah tentang seorang Ibu yang sangat bahagia ketika bayi perempuannya yang berusia enam bulan memanggilnya mamaaa..mamaaa. Padahal sang Ibu adalah seorang perempuan yang tidak kenal ibunya sejak kecil. Ia besar di panti asuhan. Julie menuturkan, kisah itu terinspirasi dari peringatan hari Ibu ( Mother’s day ).

Sastra Migran tidak hanya disebarluaskan melalui Acara Bilik Sastra Voice of Indonesia. Sebelum dimulainya acara ini pada Maret 2011, para buruh migran sudah mulai menulis. Mereka yang antaralain tergabung dalam Forum Lingkar Pena bahkan ada yang sudah membukukan karya mereka. Di Hongkong selain Nadia Cahyani, antaralain ada juga Susie Utomo, Tati Tia Surati. Di Taipei tersebutlah nama Jay Wijayanti dan Kwek Lina. Atas insiatif dan biaya sendiri mereka membukukan kumpulan cerpen dan puisi mereka. Tanpa perhatian pemerintah, mereka rupanya bisa. Lantas mengapa Voice of Indonesia berinsiatif mengumpulkan, menyiarkan, membukukan dan memberi mereka penghargaan ?

[caption id="attachment_217168" align="aligncenter" width="300" caption="Indira dan Julie dalam wawancara khusus di studio RRI Siaran Luar Negeri - Voice of Indonesia"]

13533726851811900870

[/caption]

Sesuai kredo VOI yaitu informing, connecting dan dignifying, selain bertugas menyiarkan kabar mengenai Indonesia baik untuk para diaspora dan masyarakat Internasional , Voice of Indonesia juga berkehendak merekat hubungkan manusia serta menghargainya. Itulah yang melatar belakangi lahirnya Bilik Sastra yang mendapat dukungan penuh dari Pipiet Senja sang teroris para calon penulis.

[caption id="attachment_217169" align="alignleft" width="300" caption="Foto bersama sebagian kerabat kerja Voice of Indonesia seusai dialog interatif"]

1353372868229193959

[/caption]

Jika sementara ini TKW dikesankan sebagai warga negara kelas dua dan penuh derita, maka melalui apresiasi dan penghargaan Bilik Sastra, RRI Voice of Indonesiaingin menunjukkan bahwa tidak sedikit di antara mereka yang tetap berdaya kreasi menolong dirinya dan bahkan berkarya. Dan rupanya inisiatif ini mendapat dukungan berbagai pihak. Pada acara penyerahan penghargaan selain ada hadiah laptop dari Direksi RRI, Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, BNP2TKI, dan Kompas Gramedia ikut memberikan hadiah. Bahkan Dewi Motik Pramono yang hadir, secara spontan memberikan hadiah uang kepada Indira dan Julie.

Salut untuk para sastrawan migran Indonesia. Teruslah berkarya....

Salam VOI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline