Lihat ke Halaman Asli

M Kabul Budiono

Old journalism never dies

Pertemuan SBY, Abraham Samad, Timur Pradopo dan Kontroversi Penyidikan Korupsi.

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Man makes news – demikian salah satu ungkapan dalam jurnalisme. Ungkapan ini memenuhi salah satu unsur berita ( news value ) yaitu prominence atau mengenai tokoh. Seandainya saja ketiga orangitu bukan tokoh masyarakat, media tentu tidak akan memuatnya. Karenanya foto pertemuan Presiden SBY, Ketua KPK Abraham samad dan Kapolri Timur Pradopo di Mabes POLRI, Rabu malam telah menjadi berita seiring hangatnya pemberitaan mengenai KPK versus POLRI dalampenyidikan dugaan korupsi pengadaan alat simulator untuk ujian SIM. Pertemuan ketiganya juga menarik, sehubungan adanya harapan agar Presiden turun tangan menyelesaikan perseteruan ini. Namun, sebagai suatu berita, foto atau gambar pak SBY, Abraham Samad dan Timur Pradopo sesungguhnya sangat interpretif. Mengapa ?

Tidak ada pernyataan resmi mengenai apa yang dibicarakan atau dikatakan oleh Presiden kepada ketua KPK dan Kapolri. Yang terlihat adalah wajah pak SBY yang terlihat seriusdengan mengepalkan kedua tangannya. Dengan tetap memberikan penjelasan foto secara obyektifredaktur media cetak mencoba memberi judul beritanya agar tetap ‘ catchy ‘

The Jakarta Post misalnya. Foto ketiga tokoh nasional itu menjadi salah satu berita utama di halaman mukayang diberi judul “ SBY mau have told Timur to back down “. Judul berita ini sesungguhnya bukan menjelaskan isi pembicaraan antara ketiganya. Caption foto menjelaskan telah terjadinya pertemuan. Judul berita itu mengutip sumber anonim yang mengemukakan penjelasan Timur Pradopo di depan beberapa mantan Kapolri dan pejabat POLRI, bukan mengenaifotonya.

Berbeda dengan the Jakarta Post, Kompas memasang fotoSBY, Abraham Samad dan Timur Pradopo di halaman tiga di bawah judul berita Publik Hargai KPK.Judul itu adalah untuk berita mengenai dukungan masayarakat sipil kepada KPK untuk melanjutkan penyidikan dugaan korupsi simulator SIM, bukan mengenai isi pembicaraan ketiganya.

Media Indonesia lain lagi. Dengan memasang foto hasil jepretan staf rumah tangga kepresidenan, harian ini membuat judul besar Presiden Akurkan KPK dan POLRI. Kata akurkan diberi warna merah. Saya tidak tahu persis darimana kata ‘akurkan’ itu diambil, sebab dalam berita di halaman muka itu tidak ada pernyataan bahwaPresiden memberikan pernyataan untuk mengakurkan KPK dan POLRI. Judul beritanya juga interpretif yaitu Mencari Titik Temu, walau captionnya tidak menjelaskan isi pembicaraan.

Lain pula Koran Tempo, dengan menempatkan foto di halaman 3, surat kabar ini memberi judul berita fotonya “ Berbincang

Berbeda dengan yang lain, Fajar online memberi judul beritanya dengan SBY damaikan KPK dan POLRI. Kalimat pertama beritanya berbau opini, yaitu “ Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tampaknya ingin memperbaiki hubungan antara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Polri yang memanas menyusul konflik penanganan dugaan korupsi proyek Driving Simulator di Korlantas Polri.

Yang pasti, Presiden, Ketua KPK, dengan Kapolribertemu bukan dalam acara yang diadakan secara khusus untuk mempertemukan ketiganya. Foto itu diambil disela sela acara buka bersama yang diselenggarakan KAPOLRI. Pertemuan itu terjadi setelah shalat Magrib. Juru foto media, kecolongan. Hanya staf rumah tangga kepresidenan yang mengabadikan pertemuan ini.Seluruh media cetak dan online memaparkan foto hasil jepretan Abror Rizki itu. Wartawan yang mencoba meminta penjelasan pembicaraan tidak mendapatkan jawaban. Abraham Samad diberitakan hanya tersenyum sedangkan Timur Pradopo menyatakan hal yang normatif yaitu bahwa KPK dan POLRI mempunyai komitmen yang sama dalam memberantas korupsi. Ketika ditanya apakah setelah ini KPK dan POLRI akan berdamai, sambil tertawa Kapolri mengatakan “ Insya Allah “.

Pertanyaannya, apa yang terjadi setelah ini ?

Untuk menyelesaikan persoalan antara KPK dan POLRIbanyak pihak yang mengharapkan Presiden SBY turun tangan. Turun tangannya Presiden itu tentu diharapkan dilakukan melalui instruksi. Namun kalangan Presiden ada yang tidak setuju dengan campur tangannya Presiden dengan alasan dapat dinilai sebagai intervensi. Untuk ini, pak SBY, nampaknya sangat berhati-hati.

Mungkinkan dalam pembicaraan singkat kemarin Presiden memberikan arahannya ? Hanya mereka bertiga dan Tuhan yang tahu. Mengenai apa yang akan terjadi selanjutnya, kita masih harus menunggu.

Saya jadi ingat epiloog acara Opera Van Java yang selalu disampaikan Parto..

“ Yang nonton bingung, lah dalah, dalangnya juga bingung, yang penting bisa tertawa...”

Utungnya ungkapan itu hanya ada di Opera Van Java bukan pada kehidupan kita. Kita bukannya tertawa tetapi bingung dan prihatin atas kisruh KPK -POLRI ini.

Jangan-jangan yang tertawa malahan yang disangka melakukan tindak pidana korupsi.

Salam

M Kabul Budiono

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline