Lihat ke Halaman Asli

Wow, Ternyata Melahirkan Bisa Tanpa Rasa Sakit!

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

[caption id="" align="aligncenter" width="640" caption="Gambar diambil dari http://www.folkens.com"][/caption] Dulu pas saya belum menikah dan punya anak, kata melahirkan adalah kata yang selalu diasosiasikan dengan rasa sakit yang luar biasa. Ada yang mengatakan kalau melahirkan itu merupakan proses antara hidup dan mati karena tak jarang calon ibu meregang nyawa saat melahirkan anaknya. Maka tak heran kalau ada hadist yang mengatakan bahwa surga ada di bawah ditelapak kaki ibu karena memang melahirkan seorang anak adalah perjuangan yang begitu berat. Perjuangan ini bahkan sama nilainya dengan berjihad dijalan Allah. Sehingga kalau seorang ibu meninggal maka dia mati syahid. Begitu lekatnya kata melahirkan dan rasa sakit sempat membuat perasaan saya campur aduk saat kehamilan saya memasuki trimester ketiga. Tanggal di kalender yang sudah ditandai dengan kata 'hari H' menunjukkan betapa saya sudah tak sabar ingin menimang si kecil. Tapi disisi lain, hati saya deg-degan membayangkan proses melahirkan. Bulu kuduk merinding membayangkan sakitnya kontraksi yang mengiringi proses kelahiran si jabang bayi. Namun suatu hari pikiran saya akan sakitnya proses melahirkan buyar begitu saja. Ternyata ada cara untuk membuat rasa sakit itu hilang. Ya, melahirkan bisa dilalui tanpa rasa sakit! Baru lah saya tahu kalau di negeri Paman Sam ini, sudah prosedur umum kalau wanita yang sedang dalam proses melahirkan akan ditawari metode untuk menahan rasa sakit dengan obat-obatan oleh ahli anastesi. Suatu hal yang belum pernah saya dengar sebelumnya di Indonesia. Ada dua metode yang umumnya ditawarkan oleh ahli anastesi di Amerika. Yang pertama adalah analgesik. Analgesik adalah obat yang mengurangi rasa sakit namun tidak sepenuhnya menghilangkan rasa sakit saat kontraksi terjadi. Obat yang diberikan termasuk ke dalam jenis narkotik semacam Stadol, Fentanyl, Nubain, dan Morphine. Analgesik ini diberikan bisa melalui infus atau langsung disuntikkan ke paha atau pinggang. Ada juga obat analgesik yang fungsinya hanya menenangkan dan membuat rileks ibu hamil. Setelah obat ini diberikan, ibu hamil masih bisa merasakan rasa sakit kontraksi. Jenis kedua yang akan ditawarkan adalah Anastesi Epidural. Epidural ini yang umumnya dipilih sebagai metode penghilang rasa sakit karena hanya bagian perut ke bawah yang kebas dari rasa sakit. Sementara ibu hamil sendiri tetap sadar. Prosedur ini dilakukan dengan menyuntikkan obat melalui kateter  yang ukurannya super mini kedalam membran tulang belakang. Dalam waktu kurang lebih 15 sampai 20 menit, ibu hamil tidak akan lagi merasakan sakit kontraksi. Setelah obat diberikan, si ibu tinggal menunggu bukaan 10 dan kemudian proses melahirkan secara normal dilakukan dengan panduan perawat. Saya sendiri terus terang memilih Anastesi Epidural saat melahirkan si kecil. Sebelum mengambil keputusan ini, saya berniat menjalani proses kelahiran dengan cara alami. Namun pada saat sudah bukaan 4, saya merasakan rasa sakit yang luar biasa dan rasanya tak henti-henti. Intervalnya sekitar per dua menit. Mungkin karena diinduksi, jadinya proses kontraksinya seperti dipercepat. Entah lah saya juga kurang tahu karena belum pernah mengalami sebelumnya. Suami yang menunggui saya sudah nampak kecapaian. Tak ada orang lain yang bisa menggantikan dia untuk membantu saya mengatasi rasa sakit itu. Waktu itu jam menunjukkan pukul 11 malam, saya meminta suami memanggil perawat agar saya diberikan Epidural. Sebagian orang mungkin akan mencibir keputusan saya ini. Apalagi yang meyakini kalau rasa sakit akan menggugurkan dosa-dosa kita. Atau mungkin ini hanya prasangka saya saja. Namun saya tak pernah menyesal dengan keputusan tersebut karena ternyata ada kondisi lain yang membuat saya tidak bisa melahirkan secara normal. Saya terpaksa melahirkan secara cesar setelah dua hari menjalani proses induksi. Para calon ibu di Indonesia nampaknya sudah bisa menikmati fasilitas ini karena sudah ada rumah sakit yang menawarkan proses melahirkan dengan bantuan analgesik. Dari informasi yang saya baca, salah satu rumah sakit bersalin yang berlokasi di Jakarta Pusat menawarkan metode ILA (Intratrechal Labor Analgesia) untuk menghilangkan rasa sakit. Prosedurnya mirip dengan Epidural yang saya jalani. Sekalipun biaya bisa jadi batu sandungan bagi sebagian orang. Tapi, seiring waktu, saya yakin metode-metode alternatif yang sama-sama efektif dan lebih terjangkau akan bermunculan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline