Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Jundi

Soiciialpreneur

Angka Kematian Bayi Tinggi, LKC Bekali Tenaga Medis Dengan MTBS

Diperbarui: 19 Agustus 2015   09:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

LKC.OR.ID (JAKARTA) –, Berdasarkan data yang diperoleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) di tahun 2010, angka Kematian Bayi (AKB) masih tinggi di Indonesia sebesar 26/1000 kelahiran hidup. Hal ini mendorong LKC Dompet Dhuafa untuk menginisiasi dengan mengundang para penggiat kesehatan untuk mengadakan pelatihan  Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), Sabtu lalu (8/8).

Bertempat di Gedung P4TK Bahasa Jagakarsa, Jakarta Selatan, pelatihan yang melibatkan puluhan tenaga medis yang terdiri dari dokter, perawat serta bidan ini berlangsung selama 8 hari. Pelatihan  tersebut disambut positif oleh peserta yang sehari-harinya banyak menangani pasien balita itu.

Deputi Pelayanan Kesehatan Yayasan Kesehatan Dompet Dhuafa (YKDD) dr. Nahdlatul Ulami mengutarakan, bahwa  menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), ada beberapa penyakit utama yang menjadi penyebab kematian bayi dan balita. Ia menyebutkan pada kelompok bayi (0-11 bulan), dua penyakit terbanyak sebagai penyebab kematian bayi adalah penyakit diare sebesar 31,4% dan pneumonia 24%, sedangkan untuk balita, kematian akibat diare sebesar 25,2%, pneumonia 15,5%, Demam Berdarah Dengue (DBD) 6,8% dan campak 5,8%.

Perempuan yang akrab disapa Dokter Nilam ini menjelaskan, MTBS bukan merupakan program kesehatan, tetapi suatu standar pelayanan dan tatalaksana balita sakit secara terpadu di fasilitas kesehatan tingkat dasar. WHO memperkenalkan konsep pendekatan MTBS dimana merupakan strategi upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan bayi dan anak balita di negara-negara berkembang.

Ada 3 komponen dalam penerapan strategi MTBS yaitu Komponen 1. Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita sakit (dokter, perawat, bidan, petugas kesehatan) Komponen 2. Memperbaiki sistem kesehatan agar penanganan penyakit pada balita lebih efektif , Komponen 3. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan pemberdayaan keluarga dan masyarakat, yang dikenal sebagai “Manajemen Terpadu Balita Sakit berbasis masyarakat”).

“Untuk keberhasilan penerapan MTBS, proporsi penekanan pada ketiga komponen harus sama besar,” kata dokter yang pernah bertugas di LKC Dompet Dhuafa di wilayah Nusa Tenggara Timur.

Dokter Nilam menyebutka, tujuan dari MTBS untuk menurunkan secara bermakna angka kematian dan kesakitan yang terkait penyakit tersering pada balita. Selain itu Memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan kesehatan anak. (gm/mj)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline