Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Jundi

Soiciialpreneur

Mengidap Kanker Mata, Susanti Ingin Menjadi Guru Sekolah

Diperbarui: 17 Juni 2015   22:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1412671329626015479

Susanti (17) nampak hanya bisa pasrah dan tabah menerima keadaan.  Gadis belia yang memiliki cita-cita menjadi guru ini hanya bisa terkulai lemas ditempat tidur. Ia terpaksa putus sekolah. Pasalnya penyakit kanker yang menyerang bagian matanya sudah semakin ganas dan meluas.

Anak ke tiga dari Sembilan bersaudara pasangan Sumanta dan Kocih itu terus mengeluh terhadap penyakit yang dideritanya. Sesekali ia mengusap air mata yang menetes dipipinya. Ia sangat berharap penyakitnya segera mendapatkan pengobatan untuk disembuhkan.

Saya pengen dibawa kerumah sakit besar, supaya bisa diobatin penyakit saya,” tutur Susanti saat ditemui di rumahnya oleh Tim Respon Darurat Kesehatan LKC Dompet Dhuafa pada Jum’at (19/9) lalu.

Warga Kp. Dungus Biuk, RT 01 RW 06, Kel. Babakan, Kec. Tenjo, Kab. Bogor-Jawa Barat itu divonis dokter mengidap penyakit kanker Retinoblastoma, kanker  yang menyerang pada bagian mata, tepatnya di daerah belakang mata yang peka terhadap cahaya pada retina.

Susanti menyadari kalau penyakitnya harus mendapatkan penanganan medis yang lebih lengkap.  Namun karena terbentur masalah biaya ia  hanya beberapa kali saja dibawa ke RSUD Rangkasbitung, Banten. Itupun karena inisiatif dari gurunya sewaktu di SLTP dulu.

Menurut Ibunda Susanti, Kocih, anaknya itu termasuk yang paling rajin sekolah. Banyak guru-guru Susanti yang mengetahui kondisinya merasa prihatin terhadapnya. ”Guru-guru sama temen-temennya banyak yang jengukin dia, pada kangen katanya sama Santi, mereka berharap Santi cepat sembuh,” kata Kocih.

Karena melihat kondisinya semakin parah dan belum mendapatkan pengobatan maksimal, Muhtadin salah seorang guru Susanti saat sekolah di SLTP menghantarnnya  untuk berobat di Gerai LKC Dompet Dhuafa. Susanti beberapa kali diantar dengan mengunakan mobil yang disewa oleh gurunya itu.

“Kadang Pak Muhtadin juga yang beliin Obatnya. Waktu ke LKC aja dia yang nyarter mobilnya,” ungkap Kocih terharu dengan mata yang berkaca – kaca.

Sumanta dan Kocih cuma bisa  pasrah melihat kondisi penyakit yang diderita anaknya itu. Meskipun mereka sudah memiliki kartu Jamkesmas, namun lokasi rumah yang sangat jauh terhadap akses pelayanan kesehatan, serta jarangnya kendaraan angkutan umum, menjadi kendala tersendiri untuk mengobati Susanti ke rumah sakit.

Mereka sangat berharap terhadap kesembuhan anaknya, Susanti. Mengingat usianya yang masih sangat muda terlebih ingin mewujudkan cita – cita mulianya untuk menjadi guru sekolah. (gm/mj)

Sumber : www.lkc.or.id




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline