Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Julijanto

Dosen Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah UIN Raden Mas Said Surakarta

Bentengi Kerusakan Moral Generasi Now

Diperbarui: 29 September 2023   01:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dakwah Digital Adi Hidayat di Edutorium UMS. Dokpri

Bentengi Kerusakan Moral Generasi Now

Oleh Muhammad Julijanto

Setiap generasi akan menghadapi zaman dan tantangannya sendiri-sendiri. Maka setiap generasi dididik sesuai dengan tantangan zamannya. Generasi anak kandung teknologi harus dididik dengan cara memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan dan melejitkan potensi generasi tersebut, dan sebaliknya mampu mengatasi dampak negative dari ikutan perkembangannya, agar mereka bisa eksis di zamannya, bukan menjadi korban dari pisau bermata dua.

Orang tua dan dunia pendidikan bisa mengolahnya menjadi menu saji yang mantap dan mampu menyajikan menjadi daya lejit potensi generasi untuk tumbuh kembang yang sehat, berkarakter di era multimedia dan multi kecerdasan buatan.

Etik dan moral sepanjang Sejarah akan terus menjadi guidance untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan mental dan spiritual generasi melineal tersebut.

Menjadi tantangan adalah bagaimana mengelola media dan teknologi yang ada menjadi asupan gizi yang bermutu dan berkualitas bagi tumbuhnya kecerdasan generasi dan melejitkan potensinya hingga mampu melampaui dengan kecerdasan yang dibuat manusia sendiri. Bukan sebaliknya menjadi generasi yang loyo, rebahan, leha-leha, hanya berdiam diri di depan gajetnya sementara dibuai dengan kemudahan berbagai fitur permainan dan cenderung mengarahkan kepada perjudian dan spekulasi, bukan pada kompetisi dan daya imajinasi lebih tinggi, sehingga bisa merealisasikan ide-ide pemikiran dan kreativitas tingkat tinggi.

Kelola Kelas Kreatif Prodi HES UIN Surakarta. Dokpri

Kekerasan di dunia digital sudah mulai watak, karena interaksi sosial manusia dari luring menjadi daring, sehingga pada waktu tertentu, mereka mulai asyik dengan dunianya sendiri, interaksi sosial di Tengah Masyarakat berkurang, bisa di lihat beberapa gang di kampung yang dulunya ramai, kini makin sepi. Pos Kampling dan tempat-tempat nongkrong yang dulunya rami, kini hanya beberapa orang saja yang masih nongkrong. Itupun mereka juga asyik dengan membawa gajetnya sendiri, sendiri sambal beberapa saat bertanya dan berdialog dengan rekan sejawatnya.

Dunia benar telah berpindah dari dunia fisik, menjadi dunia maya. Maka memberikan dampak anak-anak mudah tersulut emosinya, karena tidak terasah kemampuan interaksi sosial sesama temannya sebayannya, mereka menimbulkan gesekan dan perbedaan pemahaman saja bisa berdampak pada kekerasan fisik, belum lagi karena mereka setiap saat bisa mengakses konten game yang bertema Kekerasan, merasuk pada benak alam bawah sadar, Ketika mengatasi masalah mereka menggunakan referensi dari apa yang didapat dari proses internalisasi terhadap berbagi konten permainan di game online yang mereka setiap saat mainkan.

Sehingga anak-anak sekarang sangat rentan untuk melakukan Tindakan Kekerasan, karena begitu marak dan masifnya berbagai konten game di dunia maya dapat diakses dengan mudah. Sementara ironisnya orang tua dan orang dewasa yang ada di sekitar tidak pernah peduli dan sangat minim waktunya untuk bisa memberikan kontrol dan pengawasan tentang apa saja yang anak konsumsi setiap hari. Orang tua dan anak tidak pernah melakukan refleksi bersama tentang apa yang dibaca, apa yang dilihat, apa yang ditonton, apa yang dimainkan dalam berbagai peran dalam media sosial dan media elektroniknya yang mereka miliki.

Pembahasan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline