Lihat ke Halaman Asli

M. Jojo Rahardjo

Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Kenapa Dokter Muda Fladiniyah Mengamuk Histeris?

Diperbarui: 24 Desember 2024   15:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar:  Tribun News

Berbagai media sejak kemarin ramai memberitakan seorang dokter (wanita) mengamuk di sebuah gerai makanan. Sebelumnya ia membeli roti bakar, kemudian datang kembali setelah beberapa saat. Roti bakar yang sudah dibeli sebelumnya dilempar ke perempuan pegawai gerai, lalu memukul dan menendang atau menganiaya pegawai itu. Setelah itu kabur menggunakan mobil.

Menurut pegawai gerai yang menjadi korban, dokter itu berteriak histeris dan ternyata menyebut tidak suka dengan makanan yang dibelinya, karena toping-nya hanya sedikit. Padahal makanan yang dibelinya sudah "dimakan" dan ia menganiaya yang bukan pegawai yang melayani dokter itu sebelumnya.

Ternyata dokter ini dulu juga pernah "mengamuk" soal parkir mobilnya di tempat parkir RS dengan pengendara mobil yang lain. Ia juga digambarkan histeris waktu itu.

Apa beda dokter ini dengan George Halim (35 tahun) di Jakarta Timur yang belum lama ini mengamuk dengan melempar benda-benda, termasuk kursi ke pegawai di toko roti milik orangtuanya?

Apa beda dokter ini dengan Ivan Sugiamto di Surabaya yang mengamuk kepada seorang siswa sekolah dengan "memaksanya" bersujud meminta maaf padanya dan sekaligus menggonggong seperti anjing? Ivan mengamuk karena anaknya disebut Pudel (nama sejenis anjing) oleh siswa yang diamuknya itu. Ivan mengamuk di lingkungan sekolah, di depan banyak orang yang tidak bisa mencegahnya, karena konon, Ivan membawa tukang pukul bersamanya.

Masih banyak kasus mengamuk lainnya yang pelakunya disebut oleh orang yang mengenal mereka sebagai: lebih sering terlihat normal di keseharian mereka sebagaimana George Halim dan Ivan Sugiamto. Namun bisa mengamuk yang kemudian mereka sesali sendiri.

Apa yang melatarbelakangi perbuatan amuk yang berbahaya itu?

Emotion Regulation

Ada 1 hal yang kentara di beberapa kasus seperti di atas, yaitu soal emotion regulation yang tidak dimiliki dokter itu dan pelaku amuk lainnya.

Gambar: Koleksi Komunitas Membangun Positivity

Emotion regulation sekarang menjadi bahasan yang semakin populer, karena sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Salah satu yang mempopulerkannya adalah Daniel Goleman yang menulis buku "Emotional Intelligence" di tahun 1995. Buku itu best seller bertahun-tahun dan di banyak negara di seluruh dunia. Menurut Goleman, emotion regulation wajib dimiliki oleh semua orang agar hidupnya berjalan lebih lancar atau jauh lebih positif dibanding orang biasa. Sekarang ada banyak riset neuroscience yang bisa lebih menjelaskan bagian otak mana saja yang penting dalam memproses emotion regulation. Termasuk juga cara mengasah emotion regulation.
Orang yang kurang memiliki emotion regulation bisa nampak normal sehari-hari, namun pada saat tertentu atau dalam situasi tertentu bisa ngamuk seperti orang gila. Nanti setelah emotion regulationnya kembali berfungsi, maka mereka akan bisa berpikir normal lagi dan menyesali perbuatannya (ada juga yang tidak). Tentu orang seperti ini tidak boleh menjalani profesi tertentu yang bisa mencelakai orang lain.

Tapi jangan lupa juga, bahwa ada profesi lain yang diisi oleh mereka yang kurang memiliki emotion regulation, seperti anggota DPR atau politisi, penegak hukum, menteri, pemimpin daerah, termasuk presiden.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline