Baru-baru ini Rocky Gerung & Jumhur Hidayat sesumbar akan berdemonstrasi bersama 1 juta orang. Sesumbar ini agak mirip dengan gerakan 212. Jagad Indonesia pun gonjang-ganjing. Bukan karena sesumbar itu, tapi karena Rocky disebut menghina Jokowi.
Satu juta orang berdemonstrasi itu berarti ada 10.000 kelompok kecil terdiri dari 100 orang yang masing-masing dipimpin oleh 1 korlap.
Biaya tiap demonstran minimal adalah 300 ribu Rupiah (seragam, atribut, spanduk, makan & minum, transportasi dll). Total: 300 M Rupiah.
Tiap korlap dibayar 1 juta Rupiah. Total: 10 M Rupiah.
Tukang cuap-cuap dengan speaker sekitar 20 orang masing-masing dibayar 2 juta. Total: 40 juta Rupiah.
Perancang demonstrasi ada 10 orang, masing-masing dibayar 100 juta. Total: 1 M Rupiah.
Perkiraan biaya demonstrasi 1 juta orang itu adalah di kisaran 350an M Rupiah. Tidak terlalu mahal sebenarnya untuk para bohir (pendana). Tapi para bohir cenderung pelit, karena mereka berpikir: jika berhasil berdemonstrasi dengan 1 juta orang, lalu apa? Kerusuhan? Tidak mungkin bikin demonstrasi tiap hari selama sebulan, karena ongkosnya menjadi terlalu mahal.
Jokowi itu presiden terkuat sepanjang sejarah Republik ini berdiri. Saat ini gak ada kemerosotan ekonomi atau keguncangan sosial, atau rusaknya pilar-pilar negara, atau kepolisian dan TNI yang terpecah-belah. Kondisi berantakan seperti itu yang ada di 1998 sehingga pemerintahan Soeharto bisa jatuh terjerembab. Itu sebabnya pengganti Soeharto nyaris sama saja, karena terlanjur ketularan tradisi bejat yang sama.
Oleh karena itu, gak heran jika banyak yang bertanya begini:
Apakah Rocky Gerung, Jumhur Hidayat, dan mereka yang ada di samping dan di belakangnya sedang berada dalam pengaruh narkoba saat mereka sesumbar bisa mengguncangkan pemerintahan Jokowi?