Lihat ke Halaman Asli

M. Jojo Rahardjo

Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Nasib Pikiran Manusia di Era AI

Diperbarui: 15 Juni 2023   15:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

siliconrepublic.com

Anda mungkin tidak asing dengan sebuah feature yang sudah ada sejak lama: predictive text yang ada di HP atau komputer saat Anda mengetik satu atau beberapa huruf. Komputer atau HP akan segera menawarkan huruf selanjutnya yang akan membentuk sebuah kata.

Feature itu lalu berkembang menjadi menawarkan satu kata lainnya setelah sebuah kata yang kita ketikkan. Tentu saja kata-kata selanjutnya mengarah pada pembentukan sebuah kalimat. Feature ini adalah cikal-bakal dari Large Language Models, yaitu sebuah computer program (LLMs are computer programs that use artificial intelligence to generate human-like text by predicting the next word or phrase based on the context of the input).

Itu yang dilakukan oleh GPT (Generative Pre-trained Transformer). Generative artinya mampu memproduksi, sedangkan Pre-trained artinya sudah ditraining sebelumnya dengan menggunakan data yang sangat besar, dan Transformer artinya mesin.

GPT ini yang kemudian menghasilkan beberapa tools, seperti ChatGPT (chatbot), DALL-E untuk memproduksi gambar, dan lain-lain.

Kemampuan memprediksi kata selanjutnya inilah yang membuat dunia gempar, seperti yang dilakukan oleh ChatGPT dalam beberapa bulan terakhir ini. Kemudian beberapa perusahaan pengembang AI lainnya ikut meluncurkan beberapa AI Tools-nya. Dan dunia pun tambah gempar.

Feature itu dimungkinkan berkat pengembangan Large Language Models (LLMs) sejak tahun 2017 lalu. LLMs ini berakar di beberapa riset seputar natural language processing, deep learning, machine learning, dll., yang telah menghasilkan AI dalam beberapa tahun terakhir ini.

LLMs ini tentu bergantung pada data yang sangat besar yang telah disediakan atau di-input oleh pengembang AI tools ini, seperti pada ChatGPT dan chatbot lainnya. Data yang sangat besar ini tentu berasal dari apa yang sudah dihasilkan oleh manusia sepanjang peradabannya.

Menurut pembuat ChatGPT dan yang sejenisnya, mereka mengira hanya membuat tools yang hanya akan memproduksi apa yang telah atau pernah dibuat oleh manusia (hanya mengulang apa yang telah pernah dibuat oleh manusia). Namun beberapa orang yang terlibat dalam pembuatan ChatGPT mengatakan ChatGPT ternyata juga memproduksi text (kalimat) yang nampaknya baru. Itu artinya ChatGPT telah memproduksi pikiran baru yang mungkin tidak ada sebelumnya. Artikel ini menggunakan kata 'pikiran' untuk mengganti kata 'pemikiran', karena kata 'pemikiran' memiliki konotasi adanya tingkat kerumitan yang lebih tinggi.

Kehebohan ini menjadi pembahasan yang seru oleh para ahli di dunia. Beberapa yang bekerja untuk pengembangan AI, seperti di Google mengundurkan diri untuk memberi peringatan pada dunia, tentang "ancaman" dari AI yang berkembang terlalu cepat ini. Ada ahli yang menyebut AI telah menjadi new sentient being, new species, atau bahkan alien.

Microsoft sendiri menyebutkan adanya tanda bahwa AI berkembang terlalu cepat melebihi apa yang sudah diprediksi oleh para ahli sebelumnya. Microsoft menerbitkan laporan dari risetnya berjudul "Sparks of Artificial General Intelligence" untuk menunjukkan bahwa AI yang ada sekarang memiliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya sendiri (bisa dibaca di sini).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline