Pernah dengar bahwa psikopat tidak memiliki emosi?
Itu salah satu dari beberapa salah kaprah tentang psikopat yang sudah cukup lama. Padahal menurut beberapa riset (klik di sini) psikopat juga memiliki emosi.
Namun psikopat tidak (kurang) mampu mengenali adanya emosi di orang lain, sehingga ia merespon emosi orang lain dengan cara yang tidak tepat.
Misalnya psikopat disebut tidak memiliki empati, itu artinya ia tidak memiliki kemampuan merasakan emosi negatif dari orang lain seperti sedih, takut, atau menderita, sehingga ia tidak tergerak melakukan sesuatu yang positif bagi orang itu.
Ketidakmampuan itu membuat psikopat bisa memperlakukan orang lain dengan kejam sekali, atau merugikan sekali, karena ia tidak mampu mengenali emosi negatif dari orang lain, seperti takut, sedih, menderita.
Jika psikopat itu seorang pejabat pemerintah atau politisi, maka langkah atau kebjikannya bisa mengabaikan keselamatan masyarakat.
Tentu kekejaman itu juga disebabkan karena ketidakmampuannya memahami konsep salah dan benar (salah satu ciri lain dari psikopat), sehingga ia cenderung untuk melakukan pelanggaran norma, atau aturan yang berlaku (klik di sini).
Apa hubungan psikopat dengan AI, juga dengan emosi?
Kemampuan mengenali emosi orang lain itu dimiliki oleh 99% populasi manusia, kecuali psikopat yang hanya 1% dari populasi. Tentu saja kemampuan itu berbeda tingkatannya.
Kemampuan itu dipelajari sejak bayi secara alamiah, tanpa diajarkan secara khusus. Dari waktu ke waktu, sejak bayi, kita akan mengerti dengan sendirinya apa arti tiap mimik muka, bahkan gerakan alis mata, juga intonasi suara, bahasa tubuh, hingga pilihan kata, atau konteks kalimat, dll.