Lihat ke Halaman Asli

M. Jojo Rahardjo

Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

New Year Resolution

Diperbarui: 31 Desember 2022   16:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar: Haemin Sunim

Hari ini tanggal 31 Desember. Medsos dipenuhi ucapan selamat menyongsong tahun baru 2023. Ada yang bentuknya meme, video, atau tulisan pendek, bahkan juga puisi.

Ada yang disertai resolusi tahun 2023, yaitu semacam tekad untuk mencapai satu target di tahun 2023 atau tekad untuk menjalani sesuatu. Yang doyan filosofi mengisinya dengan renungan akhir tahun dengan mengutip si Ini si Itu. Yang doyan agama sudah pasti mengisinya dengan doa-doa berusia ribuan tahun.

Setidaknya ada 5 Resolution yang populer seperti disebut di bawah ini. Kebanyakan adalah pengulangan dari tahun kemarin, karena tahun kemarin gak tercapai, bahkan mungkin pengulangan sejak 10 tahun terakhir.

1. Healthier lifestyle
2. Financial
3. Wellness
4. Family & friends
5. Personal growth

Saran saya, jangan bikin New Year Resolution pada 5 soal di atas, karena kurang spesifik. Lagipula, mungkin Resolution-nya sudah lebih dari 10 tahun gak pernah tercapai kok. Kalo mau lebih spesifik, tentu gak perlu saya ajari.

Karena itu saya menolak bikin Resolution yang orang kebanyakan sering bikin. Saya mau merenung aja, sekaligus untuk merayakan apa yang sudah saya capai beberapa tahun terakhir dan terutama tahun 2022. Merenung & selebrasi ini amat dianjurkan oleh sains (merayakan pencapaian, meski kecil saja).

Apa sih pencapaian saya itu?

Tahun 2022 ini saya banyak memperdalam soal mind-wandering, topik baru yang belum banyak didalami orang. Ternyata mind-wandering banyak dikaitkan dengan produktivitas, karena mind-wandering menyebabkan munculnya beberapa impairment yang lalu menjadi disorder. Tentu masih butuh lebih banyak riset sains yang mengkaitkan mind-wandering dengan beberapa disorder, namun mereka yang punya perhatian pada produktivitas mesti tidak boleh tertinggal oleh sains seputar ini.

Mind-wandering bukan soal baru, karena The Buddha, 2500 tahun lalu sudah membahas ini. Mind-wandering menghasilkan dukkha yang artinya suffering, pain, unhappiness. Sebutan sains untuk dukkha adalah stress. Sains menemukan adanya aktivitas mind-wandering yang terlalu kental atau tidak normal pada mereka yang memiliki ciri Attention Deficit/Hyperactivity Disorder, Schizophrenia, Anti-Sosial Personality Disorder, dll. Mind-wandering pada mereka memicu banyak impairment atau disorder, sehingga menurunkan produktivitas mereka atau menurunkan produktivitas orang yang berada di dekatnya.

Bagi saya, tahun 2022 adalah tahun munculnya optimisme baru yang lebih kuat, karena menjadi jelas bahwa "akar" dari banyak impairment tersebut di atas adalah mind-wandering. Tentu saja sudah tersedia cukup banyak cara untuk 'tame your wandering mind'.

M. Jojo Rahardjo




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline