Lihat ke Halaman Asli

M. Jojo Rahardjo

Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Empat Tahun Gempa dan Tsunami di Sulawesi Tengah

Diperbarui: 13 Februari 2023   22:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kompas TV

Beberapa hari lalu satu artikel di CNBC Indonesia mencoba meramaikan kembali soal potensi gempa besar dan tsunami di pulau Jawa terutama  di bagian Barat (klik di sini). Mungkin soal ini diangkat kembali oleh CNBC Indonesia untuk memperingati Gempa & tsunami besar di Sulteng pada 28 September 2018 lalu. Namun biasanya soal potensi gempa besar di bagian barat pulau Jawa ini bakal cepat sekali mereda atau dilupakan masyarakat dan pemangku kepentingan dalam beberapa hari atau minggu kemudian.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati juga sudah berkali-kali mengingatkan masyarakat soal potensi gempa & tsunami besar ini. Ia selalu menambahkan, bahwa peringatan ini disampaikan bukan untuk menakut-nakuti, tetapi agar semua pihak terdorong untuk merancang mitigasi bencana. Mitigasi dibutuhkan untuk menurunkan jumlah korban dan besarnya angka penanggulangan bencana (setelah bencana terjadi nanti).

Peringatan tentang adanya potensi gempa & tsunami besar ini sudah disampaikan selama bertahun-tahun terakhir ini oleh banyak ahli geologi dan ahli kebencanaan. Namun nampaknya masyarakat malah mengira itu cuma isapan jempol belaka. Padahal sebelum Aceh & Palu dilanda gempa besar, para ahli sudah memperhitungkan potensi gempa besarnya bertahun-tahun sebelumnya.

Sayangnya sains tidak bisa menentukan kapan tahun persis akan terjadinya gempa. Sains hanya bisa menemukan misalnya jejak gempa & tsunami purba di masa ratusan tahun lalu yang membuat para ahli "bisa" menghitung siklus gempa besarnya. Juga ditambah dengan data dari Global Navigation Satellite System (GNSS) yang menunjukkan adanya akumulasi energi di bagian megathrust Selat Sunda hingga pesisir Pulau Jawa. Semua itu membuat para ahli kuatir soal gempa besar yang bisa (berpotensi) menimpa pulau Jawa terutama bagian Barat.

Gempa Sulteng Empat Tahun Lalu

Sepanjang tahun 2016-2018 saya menjadi bagian dari tim penulis sebuah gerakan aktivis kebencanaan untuk mengingatkan berbagai pemangku kepentingan soal adanya potensi gempa besar di Sulawesi Tengah. Gerakan ini terdorong karena adanya temuan para ahli terutama ahli geologi tentang potensi gempa besar itu yang berasal dari sesar Palu-Koro. Bersama dengan para ahli, termasuk juga Ketua IAGI (Ikatan Ahli Geologi Indonesia) gerakan ini pergi menemui banyak pemangku kepentingan di berbagai institusi pemerintah sepanjang 2016-2018. Sayangnya gerakan ini kurang mendapat respon positif.

Gerakan ini juga termasuk melakukan perjalanan beberapa kali ke Sulawesi Tengah. Saat gerakan ini belum selesai menuntaskan pekerjaannya, yaitu mendorong mitigasi bencana, tiba-tiba pada tanggal 28 September 2018 gempa & tsunami besar berkekuatan 7,4 SR melanda Donggala, Sulawesi Tengah. Jumlah korban mencapai 2.000 lebih tewas, mengungsi 82.000 lebih, 2.700 sekolah rusak, jalan-jalan terputus, listrik terputus, komunikasi terputus, BBM menghilang, dll. (klik di sini).

Sepanjang tahun 2016-2018 itu, ada belasan artikel yang sudah saya tulis dan kirimkan ke berbagai media. Mungkin karena belasan tulisan ini saya disebut oleh Metro TV dan beberapa media lain sebagai ahli gempa (klik di sini). Tentu saja saya bukan ahli gempa, karena saya hanya seorang penulis (tepatnya: netizen atau citizen scientist) yang peduli dengan soal kebencanaan, terutama soal gempa & tsunami.

Bagaimana Pulau Jawa Menghadapi Ancaman Gempa Besar?

Seperti Indonesia, Jepang & New Zealand adalah wilayah yang memiliki pertemuan 2 atau lebih lempeng tektonik dan tentu saja ada banyak sesar yang menjadi sumber gempa besar dan kecil. Di 3 wilayah ini ada banyak ahli gempa & tsunami, serta ahli bencana. Banyak ahli Indonesia yang belajar gempa & tsunami ke Jepang dan New Zealand (klik di sini: New Zealand Tour for Indonesian DRR Programme).

Para ahli di New Zealand berhasil meyakinkan pemerintahnya untuk terus bersiap menghadapi yang terburuk, yaitu gempa & tsunami besar terutama di bagian Timur. Secara teratur mereka melakukan latihan menghadapi bencana itu (klik di sini: Model of Magnitute 8.9 Hikurangi Earthquake and Tsunami).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline