Lihat ke Halaman Asli

M. Jojo Rahardjo

Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Adian Napitupulu: Apa Peran Fahri Hamzah di DPR Setelah Reformasi 98?

Diperbarui: 13 Mei 2022   19:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar: TribunNews.com

Media sosial kemarin, 12 Mei 2022, hingga hari ini diramaikan oleh satu artikel yang ditulis oleh Adian Napitupulu yang semua orang sudah tahu siapa dia. Artikel menggelitik itu berjudul "Fahri, Waktu akan Menjadi Penguji Setia Masing-masing Kita". Isinya menyoroti twit Fahri Hamzah yang menurut Adian, twit itu mempertanyakan komitmen perjuangan Adian dan Budiman, karena twit yang dibuat Fahri itu dilengkapi dengan foto Adian Napitupulu dan Budiman Sudjatmiko.

Artikel Adian berisi daftar kekurangan DPR sepanjang periode Fahri ada di dalam DPR itu sejak tahun 2004. Jadi jika dibuat ringkasannya, menurut Adian, Fahri tak usah merasa paling hebat, atau sempurna dalam soal mengurus Indonesia dan segala macam permasalahannya.

Tentu amat mengejutkan saat membaca daftar masalah yang terjadi yang ditulis oleh Adian tentang apa saja yang terjadi di gedung DPR saat Fahri menjadi "pimpinan" di DPR. Yang paling mengejutkan adalah bagaimana karyawan kecil di gedung DPR itu tidak diperhatikan kesejahteraannya, saat semua anggota DPR bergelimang tunjangan dan gaji besar.

==o==

Selain itu, saya melihat ada 2 paragraf menonjol dari artikel yang ditulis Adian yang perlu saya tanggapi sebagaimana di bawah ini.

Adian menulis ini:

Melalui jawaban ini saya mencoba mengingatkan Fahri untuk tidak saling menghakimi dan mempertanyakan pilihan jalan dan pilihan perjuangan masing masing.

Tanggapan saya:

Saya kurang setuju dengan Adian soal ini, karena pekerjaan utama para politisi adalah mengurusi rakyat. Tentu itu pekerjaan penting, sehingga sudah seharusnya diisi oleh mereka yang terbaik, bukan yang tukang membual atau tukang ngoceh semata, atau bahkan yang memiliki personality disorder (mereka yang disebut memiliki personality disorder juga disebut mentally sick).

Jadi para politisi harus terus disoroti atau dikritisi dalam soal apa saja, termasuk kehidupan pribadinya, jika perlu. Itu semua agar rakyat mendapatkan politisi terbaik, dan membuang politisi yang kualitasnya cuma kerak di periuk nasi.

Adian juga menulis ini:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline