Lihat ke Halaman Asli

M. Jojo Rahardjo

Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Hari Buku Sedunia; Masihkah Buku Dibutuhkan?

Diperbarui: 24 April 2022   20:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar: Kompas.com

Baru-baru ini saya membaca anjuran beberapa politisi Indonesia agar giat membaca buku. Tentu itu hanya sekedar politically correct. Tidak lebih. Titik.

Sepintas, anjuran membaca buku itu mulia, bahkan sebuah keharusan. Namun kita sekarang hidup di masa industrial revolution 4.0. Apa artinya itu. Anda bisa search di Google dan mendapatkan artinya.

Ini ringkasannya, jika Anda melakukan search mengenai itu di Google:

Jaman sekarang ini apa yang harus kita baca itu tidak bisa lagi hanya sekedar buku yang biasa, misalnya yang ada di sekolah, bahkan buku yang dianjurkan oleh para pendidik selama ini, atau juga oleh para pemikir besar bangsa ini. Jadi apa?

Buku yang harus kita baca itu adalah buku yang dianjurkan oleh pemikir besar dunia dan paling progresif di masa ini. Ini pasti mudah untuk menemukan siapa pemikir itu.

Mengapa harus buku yang dianjurkan pemikir besar dunia?

Dunia di masa depan berkembang tidak lagi menurut arah yang bisa kita tebak, karena di jaman ini sedang dikembangkan Artificial Intelligence  (AI) yang hasilnya sudah terlihat jelas sekali. Apa progres dari pengembangan AI itu? Salah satu produk AI yang menggemparkan dunia adalah GPT-3. Kemampuan GPT-3 ini sangat luar biasa, karena ia mampu memberikan menjawab pertanyaan seperti manusia yang cerdas (bahkan lebih cerdas).

Layanan yang diberikan GPT-3 antara lain: mampu menulis artikel panjang atau pendek, berdasarkan masukan yang diberikan. Satu aplikasi yang terkenal adalah CopyAI. GPT-3 memiliki akses ke semua data atau informasi yang ada di Internet (sebagai masukan), sehingga GPT-3 juga mampu menulis surat kontrak berdasarkan pasal-pasal hukum yang berlaku di wilayah tertentu. GPT-3 juga sudah dibuat sebagai aplikasi chat bot dengan dilengkapi video, sehingga pengguna mengira sedang melakukan chat bot dengan manusia (seperti melakukan Zoom).

Satu experiment telah dilakukan untuk "menghidupkan pikiran" seseorang yang sudah mati melalui semua record chatting yang pernah dilakukan saat masih hidup. Lalu Chat bot itu dicoba untuk melakukan percakapan dengan mereka yang pernah mengenal orang itu sebelumnya. Hasilnya semua yang melakukan percakapan dengan chat bot itu menyatakan pikiran chat bot itu sama dengan pikiran orang yang sudah mati sebelumnya itu. Lihat di sini contohnya: https://www.cnet.com/culture/hereafter-ai-lets-you-talk-with-your-dead-loved-ones-through-a-chatbot/

Masih ada banyak lagi kemampuan AI yang sudah bisa dilihat sekarang ini yang mungkin bisa membuat Anda bergidik. Termasuk juga menciptakan karya seni, atau mendisain bentuk mobil baru.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline