Lihat ke Halaman Asli

M. Jojo Rahardjo

Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Busa Ilmu Geopolitik dari Rusia-Ukraina

Diperbarui: 30 Juni 2022   23:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar: https://chass.usu.edu/

Tentu akhir-akhir ini kita melalui berbagai media menjadi sering menikmati penjelasan para pakar militer, perang, dan terutama pakar ilmu geopolitik. Banyak yang selama ini tidak kita ketahui, misalnya berapa banyak peluru kendali yang dimiliki Rusia, berapa banyak anggota NATO, di mana pasukan NATO sering berlatih perang, dan lain-lain. 


Berbagai pakar ilmu geopolitik itu membuat saya merenung. Apakah ilmu geopolitik ini punya kontribusi positif pada kemanusiaan? Tentu ada, bukan?

Sayangnya apa yang dibahas oleh berbagai pakar itu menurut saya malah menjauhkan kita dari pendekatan kemanusiaan. Berbusa-busa soal geopolitik ini dibahas dengan sangat canggihnya. Lalu apakah terasa ada solusi yang terselip untuk membuat dunia yang lebih damai, terutama di situasi krisis kemanusiaan sekarang ini?

==o==

Ada banyak sudut pandang untuk melihat Rusia-Ukraina ini, bukan hanya sudut pandang geopolitik semata. Dari kacamata sejarawan seperti Yuval Noah Harari, perang ini dipicu oleh fantasi Putin yang tak terkendali untuk menghidupkan kembali Russian Empire.

Karena hanya fantasi, maka Putin membuat kesalahan dalam melihat Ukraina yang disebutnya antara lain bukan true nation atau not a real country. Padahal Ukraina memiliki sejarah yang amat panjang sebagai sebuah bangsa setidaknya sejak abad 10. Sejarah kuno mencatat wilayah Ukraina lebih dahulu maju saat bagian Eropa lainnya masih melata. Bahkan Moskow masih berupa hutan.

Ukraina bahkan sekarang membuktikan dirinya sebagai the true nation, karena meski Putin memiliki kekuatan tentara dan persenjataan yang besar, namun hingga hari ini Ukraina masih belum jatuh ke tangan Putin. Kebesaran Ukraina terlihat dari datangnya sukarelawan dari berbagai pelosok dunia untuk mempertaruhkan nyawanya bersama warga Ukraina lainnya demi membela Ukraina. Jika akhirnya nanti Ukraina jatuh ke tangan Putin, apakah itu berarti Ukraina bisa menjadi bagian dari fantasi Putin? Dulu, Russian Empire gagal menjadikan Ukraina sebagai bagiannya, apalagi cuma Putin yang sebentar lagi kehabisan uang untuk membiayai fantasinya, kecuali Putin memang ingin membuat rakyat Rusia menjadi lebih miskin lagi.

Sedang dari kacamata neuroscience, Putin adalah narcissist yang menganggap dirinya sangat agung di atas singgasana Kremlin-nya dan merasa sedang diganggu oleh oleh negara-negara besar di dunia, seperti Amerika dan NATO. Putin mengidap delusi, bahwa hanya di tangannya Russian Empire akan tumbuh kembali. Itu memang ciri khas dari narcissist, yaitu memiliki delusi berbahaya bagi orang banyak.

Asal tahu saja, dunia menjadi lebih berdarah oleh narcissism, bukan oleh antisocial personality disorder lainnya. Untuk menyebut contoh yang paling ekstrim adalah Alexander the Great yang memliki wilayah kekuasaan terbesar dalam sejarah manusia. Syahwat Alexander muda tak terbendung untuk terus menginvasi wilayah manapun yang terlihat, termasuk Persian Empire dengan berdarah-darah dan korban ribuan tewas. Invasinya hanya berhenti karena pasukannya menolak untuk terus melakukan invasi ke manapun. Alexander membunuh banyak orang kepercayaannya hanya karena ia mencium aroma penghianatan. Padahal aroma itu hanya karena paranoia saja. Contoh ekstrim lain dari nacisssim adalah Nero yang hidup di masa setelah Alexander the Great.

Dua sudut pandang (sejarah & neuroscience) seperti yang tertulis di atas adalah contoh sudut pandang yang mungkin lebih memberi jalan keluar menuju dunia yang lebih damai dan lebih sejahtera.

DAMPAK BESAR AGRESI PUTIN KE SELURUH DUNIA

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline