Lihat ke Halaman Asli

M. Jojo Rahardjo

Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Fiksi Lebih Berpengaruh daripada Tulisan Ilmiah

Diperbarui: 8 Oktober 2022   21:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar: https://science.howstuffworks.com/

Hashem Al-Ghaili adalah seorang saintis asal Yaman yang bermukim di Jerman dan terkenal dengan ratusan video pendeknya yang mempopulerkan sains ke seluruh dunia. Baru-baru ini ia merilis satu video tentang global warming yang nyata menjadi potensi bencana bagi ummat manusia. Lihat videonya di sini.

Salah satu guna sains adalah untuk menyelamatkan peradaban yang bisa hancur oleh alam (meteor, asteroid, comet, virus, dll), atau dari tangan manusia sendiri (teknologi yang menghasilkan global warming). Sayangnya Indonesia tidak terlihat antusias terlibat di sains.

Film yang dibuat oleh Leonardo DiCaprio berjudul "Don't Look Up" yang diputar akhir tahun lalu adalah untuk memperingatkan dunia tentang potensi kehancuran planet Bumi. Sebenarnya ada banyak potensi sebagaimana yang disebut oleh para saintis, namun di film itu ancaman terdekat dan sangat besar adalah komet besar. Bumi bakal hancur bersama seluruh manusia yang ada di permukaannya. Sayangnya saintis, meski sudah sering berkumpul bersama membahas yang semacam itu, nampaknya selalu kalah pengaruh dibanding politisi yang sering terlalu dekat dengan pengusaha kelas dunia.

Pengusaha kelas dunia bersama politisi sering asik dengan kepentingannya sendiri dengan menggunakan berbagai fiksi yang lebih disukai masyarakat. Bahkan tidak jarang memanfaatkan apa yang ditemukan para saintis justru untuk kepentingan mereka, bukan untuk kepentingan masyarakat atau untuk kepentingan Bumi. Itu membuat saintis semakin tenggelam, kehilangan kemampuan untuk membuat peringatan penting tentang potensi bencana pada Bumi.

Video di atas diakui oleh sebagian besar para saintis di seluruh dunia tentang adanya potensi kehancuran Bumi yang disebabkan oleh global warming. Namun upaya untuk menahan global warming tetap saja terlihat tidak terlalu signifikan, karena kurang didukung oleh pembuat kebijakan yang hampir semuanya politisi. Berbagai riset dan peringatan yang dikeluarkan saintis bagai menguap begitu saja. Saintis memang butuh para penulis fiksi agar peringatan mereka lebih bisa didengar.

Atau mungkin saja memang begitu seharusnya kehidupan di muka Bumi ini, yaitu hancur berulang-ulang dan lalu kehidupan kembali tumbuh dari awal lagi dalam periode jutaan tahun?

Meteor, asteroid, comet adalah salah satu potensi bencana besar untuk manusia. Juga perang nuklir, global warming, hingga munculnya General AI yang berpotensi melenyapkan manusia. Semua itu sudah dibuatkan peringatannya oleh para saintis, namun sayangnya bukan dibuat oleh penulis fiksi.

Apakah kita perlu bertanya pada GPT3, sebuah aplikasi AI yang baru saja digaungkan memiliki "kecerdasan" hampir seperti manusia tentang apa yang harus dilakukan saintis agar lebih didengar? Sebagaimana kita tahu GPT3 mampu membuat karya fiksi yang luar biasa.

M. Jojo Rahardjo

Menulis lebih dari 500 artikel, 100 lebih video, 3 ebooks, dan menyelenggarakan diskusi online sejak 2020. Semuanya untuk mempromosikan berbagai riset sains seputar fungsi otak dan kaitannya dengan kecerdasan, produktivitas, kreativitas, inovasi, ketangguhan pada situasi sulit, kecenderungan pada altruism, dan kesehatan. Kunjungi: https://facebook.com/membangunpositivity




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline