Lihat ke Halaman Asli

M. Jojo Rahardjo

Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sufi, Spiritualitas, dan Sains

Diperbarui: 31 Mei 2021   14:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar: https://www.dailysabah.com

Sebuah study dipublikasikan 29 Mei 2018 lalu di The Journal of Cerebral Cortex: Para ahli dari Yale Univiersity melakukan serangkaian riset untuk memahami bagian-bagian otak yang paling aktif saat seseorang mendapatkan pengalaman spiritual. 

Parietal cortex ternyata bagian yang paling aktif saat seseorang merasa sedang berinteraksi dengan sesuatu yang sangat besar di luar dirinya, atau yang maha kuasa atau paling menentukan hidupnya dan alam semesta, misalnya Tuhan.

Parietal cortex ini adalah bagian dari otak yang biasanya disebut menjadi aktif saat seseorang sedang berkonsentrasi, atau sedang sangat menyadari dirinya atau sekelilingnya. Biasanya aktivitas yang meningkat di parietal cortex ini terjadi saat seseorang berdoa atau melakukan meditasi, atau juga melakukan aktivitas semacam itu, termasuk dzikir, melantunkan ayat-ayat suci dan lagu atau bunyi-bunyian rohani.

Professor of psychiatry, Marc Potenza, dari Yale Child Study Center menyebut pengalaman spiritual adalah sesuatu yang penting untuk memberi pengaruh positif pada kehidupan seseorang. Sehingga memahami penjelasan sains mengenai apa yang terjadi di otak ini akan membantu kita untuk mampu memperbaiki kualitas pikiran kita, mental, perilaku atau hidup kita, terutama untuk menjadi manusia yang lebih baik atau tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan hidup.

Pengalaman spiritual ini ternyata bisa diperoleh dari aktivitas religius atau bukan. Misalnya perasaan bersatu dengan alam bisa diperoleh saat dari berbagai macam aktivitas, misalnya saat berolahraga di alam bebas.

Rumi tercatat melakukan tariannya yang terkenal saat menghasilkan puisi-puisinya yang indah dan memiliki kedalaman yang tiada terkira. Tarian Rumi masih dipraktikkan hingga sekarang. Sekelompok penari mulai dengan tarikan nafas yang dalam (semacam meditasi), lalu secara serempak melafalkan Allah... Allah... berkali-kali. Lalu muncul tabuhan gendang pelahan mengiringi tarian berputar berlawanan dengan jarum jam. Kemudian kalimat la illaha illallah diucapkan pelahan yang semakin lama semakin cepat dan keras. Para penari ini bisa melakukannya berjam-jam tanpa menyadari waktu yang berjalan.

Sebuah artikel di Newsweek mengenai mysticism menyebut proses tarian Rumi itu begini: "these rites manage to tap into a precise brain mechanisms that tends to make believers interpret perceptions and feelings as evidence of God, or at least transcendence. Rituals also tend to focus on the mind, blocking out sensory perceptions---including those that the orientation area uses to figure out the boundaries of the self."

==o==

Tanggal 30 Mei 2021 lalu Esoterika (forum diskusi di Facebook) telah mendiskusikan 30 video puisi sufi yang dibuat oleh Denny JA sepanjang bulan Ramadhan lalu. 

Narasumber untuk diskusi ini menghadirkan Prof. Syafaatun Almirzanah, Ph.D. yang disebut dalam website AMINEF sebagai seorang ahli dalam bidang mistisisme sufi di Spanyol Abad Pertengahan, dan mistisisme Katolik di Jerman Abad Pertengahan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline