Lihat ke Halaman Asli

M. Jojo Rahardjo

Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Apa yang Bisa Mendorong Tradisi Berbuat Kebajikan di Masyarakat?

Diperbarui: 26 Juni 2020   23:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar: https://www.picuki.com/ 

Doing good is one of the best ways to feel good. People who care more about others are happier than those who care less about others. When people do good, their brain becomes active in the same reward centre as where they experience other rewards (ActionforHappiness.org)

***

Seberapa besar kebajikan menjadi tradisi sehari-hari di masyarakat? Tradisi melakukan kebajikan adalah salah satu yang diukur oleh World Happiness Report (WHR) yang diterbitkan oleh PBB tiap tahun. Ada 6 yang diukur oleh laporan itu, yaitu 1. GDP per capita, 2. Social support, 3. Freedom to make life choices, 4. Healthy life expentancy, 5. Generosity, 6. Absence of corruption. Tradisi kebajikan diukur melalui social support dan generosity, serta absence of corruption.

Social support dan generosity, serta absence of corruption tak meningkat jika masyarakat tak memiliki hasrat untuk doing good for other people. Yang menarik adalah semua aspek kehidupan yang diukur oleh WHR saling mempengaruhi satu sama lainnya. Sebagaimana yang sudah diteliti oleh para neuroscientist, uang dalam batas tertentu membantu orang untuk menjadi lebih memiliki happiness (positivity). Sehingga GDP per capita sebuah negeri mempengaruhi kebahagiaan warganya. Mereka yang bahagia akan lebih cenderung pada doing good for other people. Itu tentu meningkatkan derajat social support dan generosity, dan juga absence of corruption.

Jadi perekonomian Indonesia (GDP per capita) memang penting sekali untuk dijaga agar terus menjadi lebih baik lagi, karena akan mempengaruhi pencapaian dalam beberapa aspek kehidupan lainnya. Tanpa ekonomi yang baik sulit untuk mewujudkan freedom to make life choices dan healthy life expectancy.

M. Jojo Rahardjo




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline