Lihat ke Halaman Asli

M. Jojo Rahardjo

Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Mengapa Positivity (Kebahagiaan) Penting untuk Indonesia

Diperbarui: 8 Agustus 2019   14:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Ada banyak definisi kebahagiaan yang kita dapatkan dari Googling, mulai yang ringan, agamis, filosofis, hingga ilmiah. Kebanyakan orang mengartikan kebahagiaan sebagai kesenangan. Tentu itu tidak salah, sehingga orang yang beribadah bisa disebut bahagia jika dia merasakan kesenangan atau menyukainya. Atau ada yang menyebut kebahagiaan adalah jika bisa tinggal di pulau tropis.

Sekarang kebahagiaan juga didefinisikan oleh neuroscience (ilmu yang mempelajari tentang otak). Neuroscience mendefinisikan kebahagiaan seperti ini: keadaan positif di otak yang membuat otak berfungsi lebih maksimal.

Itu sebabnya kata kebahagiaan disebut dengan positivity. Kondisi otak yang positif ini juga membuat tubuh menjadi lebih sehat, tidak gampang mengalami stress atau depresi dan bahkan menumbuhkan kecenderungan pada kebajikan.

Mungkin kita beberapa kali sudah membaca artikel atau penelitian tentang otak manusia yang hanya digunakan sebesar 30% saja dari kemampuan yang sebenarnya. Artinya, jika kita tahu cara memaksimalkan kerja otak, maka mungkin kita  bisa mendapatkan pencapaian yang lebih tinggi dalam hidup. Bahkan kita dapat memperbaiki moral atau kecenderungan kita pada kebajikan.

Apakah itu artinya kita juga bisa memanfaatkan ilmu positivity untuk negeri ini? Misalnya untuk memecahkan persoalan besar bangsa ini, misalnya korupsi? Atau kita bisa lebih melesat maju daripada negeri-negeri lain di dunia?

Pertanyaan-pertanyaan itu dijawab oleh laporan PBB yang diterbitkan setiap tahun sejak 2012 lalu, yaitu World Happiness Report.

Setiap tahun World Happiness Report mengeluarkan daftar negara yang paling bahagia di dunia. Laporan ini dibuat oleh para ahli neuroscience atau positivity, seperti John F. Helliwell,  Richard Layard, Jeffrey D. Sachs, Haifang Huang,  Shun Wang dan lain-lain.

Ada 6 faktor yang diukur untuk menentukan kebahagiaan sebuah negeri, yaitu: 1. GDP per capita, 2. Social support, 3. Healthy life expentancy at birth, 4. Freedom to make life choices, 5. Generosity, 6. Perceptions of corruption.

Ada sejumlah penelitian yang menjelaskan bagaimana GDP per capita bisa menaikkan tingkat kebahagiaan warga ada di sebuah negeri. Apakah uang bisa membuat orang bahagia? Berapa besar penghasilan minimum untuk menaikkan tingkat kebahagiaan? Itu beberapa pertanyaan yang dicoba dijawab oleh sejumlah penelitian itu.

Penelitian seperti ini dilakukan di banyak tempat di seluruh dunia. Beberapa penelitian ini menjelaskan mengapa uang (dalam jumlah tertentu) memiliki peranan dalam menaikkan tingkat kebahagiaan. Jadi uang memang bisa membeli kebahagiaan, jika tahu caranya.

Demikian juga mengenai faktor-faktor lain yang ikut menentukan sebuah negeri menjadi bahagia semua berdasarkan penelitian ilmu positivity sepanjang 2 decade terakhir ini di seluruh dunia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline