diri ini adalah terbagi antara kesunyian dan resah.
tentang rindu tak terbantah. manusia. tersebut dalam nadir,satu nama yang tak terucap segala kecewa tertinggal nya rasa.sosok bersenyum indah diujung penantian. "kapan pula kau sanggup membaca? cinta? kita?" "tak sanggup kau desak aku, kau gagal mencinta takdirku". "namun segala rasa, juga asa tentang masa yang pernah ada?" begitulah tiap malam aku merindukan takdir langit,bersimpuh pada kaki rembulan,yang tak pula sampaikan rasa terdalam.pada manusia itu, kau paham benar? pula terngiang dalam akal,tentang secangkir kopi dengan roti pada dipanberdampingan bersamudera rasa. tentang rasa pula, telah terlantun segala yang raga punya,tak tertinggal setitik pula."telah ada segala penyerahan terdalam, dan kau?"aku disini tak mungkin berhenti.sosok tak kunjung padam.yang dinanti sejak awal. "aku menjadi diri yang kini kau bangun. menjadi rasa yang tak mampu penuh penerimaan kepergian. kau pula rasa yang begitu sederhana, yang kini tak tergapai, rasa paling manusia sebagaimana yang terdahulu Pencipta temukan kau dengan hati yang kini remuk tak berkata."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H