Dua bulan yang lalu Anies Baswedan adalah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (mendikbud) pada Kabinet Kerja yang dipimpin oleh Presiden Jokowi. Tetapi Anies Baswedan terkena reshuffle, ia dicopot dari jabatannya. Banyak pihak yang menyayangkan dicopotnya Anies Baswedan, karena ia dinilai cukup berhasil. Anies Baswedan sendiri juga dipandang sebagai tokoh muda pendidikan melalui gerakan “Indonesia Mengajar”. Ia mengirim banyak relawan guru ke daerah-daerah terpencil untuk mengajar rakyat yang tidak bersekolah dan tertinggal.
Sebelum menjadi Mendikbud, Anies Baswedan adalah Rektor Universitas Paramadina, sebuah universitas swasta terkemuka yang didirikan oleh Dr. Noercholis Madjid, tokoh pembaharuan yang sangat terkenal. Selanjutnya menjelang Pilpres 2014, ia menjadi anggota tim sukses Jokowi. Hampir selalu, di mana ada Jokowi di sana juga ada Anies Baswedan. Pilpres 2014 dimenangkan oleh Jokowi dan Anies Baswedan masuk dalam Tim Transisi Presiden Jokowi. Ia bertugas menyiapkan program kerja Presiden Jokowi setelah resmi dilantik menjadi presiden.
Lalu dalam Kabinet Kerja yang dibentuk Presiden Jokowi, Anies Baswedan diberi kepercayaan menjadi Mendikbud. Jadilah Anies Baswedan pembantu Presiden Jokowi yang mengurus bidang pendidikan dan kebudayaan. Ia memegang jabatan itu selama hampir 2 tahun. Ia telah menjadi seorang “jokowi man” yang setia dan hampir tanpa cela.
Namun, sebagai seorang politisi, Presiden Jokowi ternyata dihadapkan kepada masalah. Ia ternyata melupakan ormas Islam Muhammadiyah. Ia memberikan terlalu banyak posisi kepada tokoh dari kalangan Nahdhatul Ulama, yang mewakili PKB. Presiden Jokowi sadar bahwa Indonesia yang aman dan damai selama ini ditopang oleh 2 ormas Islam yang paling besar, yaitu Nahdhatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Pada hal, sejak Indonesia merdeka sampai era SBY, di dalam pemerintahan selalu ada tokoh yang berasal dari Muhammadiyah.
Jokowi menyadari kekeliruannya. Maka dalam reshuffle kedua Kabinet Kerja, Presiden Jokowi memutuskan untuk memberikan satu kursi menteri kepada Muhammadiyah. Hanya saja, kementerian yang menjadi langganan Muhammadiyah adalah Kemdikbud yang saat itu diduduki oleh Anies Baswedan. Pada era reformasi tercatat ada 3 Mendikbud dari unsur Muhammadiyah, yaitu Yahya Mahaimin, Malik Fadjar dan Bambang Sudibyo. Maka Presiden Jokowi dengan terpaksa, memberikan kursi Mendikbud kepada Muhadjir Effendi, Rektor Universitas Muhammadiyah Malang, dan juga Ketua Bidang Pendidikan PP Muhammadiyah.
Menurut pendapat saya, seharusnya Anies Baswedan menerima pencopotan itu dengan ikhlas dan sabar. Sebagai salah seorang “Jokowi Man”, Anies seharusnya percaya bahwa Jokowi pastilah tidak akan menelantarkannya dengan memberikan penugasan baru.
Selama ini saya berpikiran bahwa Anies Baswedan adalah seorang idealis, bukannya oportunis. Saya masih ingat pada masa Pilpres 2014, Metrotv dalam acara Mata Najwa yang dipandu oleh Najwa Shihab, menghadirkan Anies Baswedan, tim sukses Jokowi dan Mahfud MD, ketua tim sukses Prabowo. Anies Baswedan menjawab pertanyaan Najwa Shihab alasannya mau menjadi anggota Tim Sukses Jokowi. Katanya, ia menjadi tim sukses Jokowi karena tidak ada beban moral baginya dalam memilih dan mendukung capres Jokowi. Pernyataan itu, meskipun diucapkan dengan sopan, tetapi terasa sebagai serangan kepada Mahfud MD yang mendukung Prabowo. Ada beban sejarah yang ikut ditanggung setiap orang jika mendukung Prabowo. Hal itu disebabkan berbagai kasus pelanggaran HAM yang dilakukan Prabowo sewaktu menjadi Komandan Kopasus dan Panglima Kostrad.
Akan tetapi ternyata Anies Baswedan bukanlah seorang idealis. Ia ternyata sama saja dengan orang kebanyakan, yang bersedia mendukung siapapun yang memberikan sesuatu kepadanya. Hanya sekitar dua bulan saja, dari seorang “Jokowi Man”, Anies Baswedan sekarang meloncat menjadi seorang “Prabowo Man”. Anies Baswedan menerima ajakan Partai Gerinda yang dipimpin oleh Prabowo dan PKS, untuk menjadi calon DKI-1 yang diusung kedua partai dalam Pilkada DKI Jakarta 2017.
Sekian dulu dan salam
M. Jaya Nasti
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H