Pileg 2014 yang baru usai telah membenamkan Partai Demokrat. Partai ini hanya mendulang 9,6% suara sehingga turun dari peringkat satu ke peringkat empat pemenang Pileg. Yang pasti dengan perolehan suara 9,6%, Partai Demokrat tidak bisa mengusung calon presiden secara sendirian. Nasib 11 peserta konvensi capres Partai Demokrat menjadi tidak menentu.
Partai Demokrat sebenarnya masih bisa mengusung capres dengan cara berkoalisi dengan 2-4 parpol papan tengah lain, khususnya parpol-parpol Islam yang selama 10 tahun telah bergabung dalam koalisi parpol pemerintah. Persoalannya adalah masih adakah parpol Islam yang mau diajak berkoalisi dan apakah SBY masih mau “fight” untuk itu.
Mungkin PAN masih mau diajak berkoalisi, karena Hatta Radjasa adalah besan SBY. PKB berkemungkinan mau, asalkan Muhaimin Iskandar diberi minimal posisi cawapres. Selanjutnya, PKS yang menolak ikut koalisi dengan PDIP mungkin masih bisa dibujuk oleh SBY untuk bergabung. PPP yang sedang bermasalah karena SDA ikutan kampanye Partai Gerindra mungkin juga bisa diajak bergabung. Sampai disini, gabungan suara Partai Demokrat dengan parpol-parpol Islam adalah 9,6+7,5+9,2+6,8+6,7 =39,8%.
Karena untuk mengusung capres/cawapres hanya diperlukan 25% suara, maka masih ada kelebihan suara 14,8%. Oleh sebab itu tersedia 3 opsi koalisi partai poros alternatif dalam Pilpres 2014, sebagai berikut :
PD+PKB+PAN = 25,7.
PD+PAN+PKS+PPP = 30,6.
PD+PKB+PKS+PPP = 32,1.
Apabila poros baru ini bisa dibangun dan kompak, akan memunculkan kesulitan besar bagi Partai Golkar dan Partai Gerindra untuk mengusung capres/cawapres masing-masing. PDIP yang sudah bersepakat dengan Nasdem sudah tidak bermasalah untuk mengusung capres/cawapresnya. Namun Partai Golkar masih memerlukan kerjasama dari 2 partai. Hanura adalah salah satunya tapi jumlah suaranya belum cukup. Jadi masih memerlukan kesediaan dari 1 parpol Islam. Salah satu partai Islam yang tidak bergabung dalam koalisi alternatif bisa ikut berkoalisi dengan Partai Golkar, tergantung imbalan yang mereka dapatkan.
Perjuangan yang paling berat adalah pada Partai Gerindra yang bermodalkan 12% suara. Partai ini memerlukan suara sebanyak 13% lagi. Untuk itu Partai Gerindra harus berjuang merebut minimal 2 parpol Islam untuk bermitra. Tanpa bantuan2 partai Islam itu Partai Partai Gerindra tidak bisa mencapreskan Prabowo.
Dalam konstelasi percaturan politik untuk pencapresan, jika situasinya adalah sebagaimana diuraikan di atas, maka posisi parpol-parpol Islam sebenarnya sangat menentukan. Bila seluruh parpol Islam kompak berkoalisi dengan Partai Demokrat, maka ARB dan Prabowo gagal menjadi capres. Pilpres hanya akan menjadi kontes Jokowi dan capres dari poros alternatif. Dari 3 opsi koalisi parpol untuk poros alternatif sebagaimana diuraikan di atas, hanya ada 1 partai Islam yang tersisa untuk diajak berkoalisi, kecuali pada opsi pertama, masih ada dua partai Islam bisa diajak bergabung.
Dalam hal ini, PKB menjadi partai yang sangat menentukan. Jika partai ini bergabung pada poros alternatif, maka masih ada 2 partai yang bisa diperebutkan oleh Partai Gokar dan Partai Gerindra. Tapi jika PKB keluar dari koalisi poros alternatif, maka PKB menjadi satu-satunya harapan bagi Partai Golkar untuk bisa mencapreskan ARB, sedangkan Prabowo gagal maju menjadi capres.
Namun melihat gelagat yang ada, poros alternatif itu tidak akan pernah ada. Kelihatannya SBY yang sudah kegemukan lebih cenderung memilih jalan yang mudah dan santai, yaitu bermitra dengan Partai Gerinda. Mungkin juga SBY kurang bersemangat karena tidak bisa lagi maju menjadi capres, sedangkan bacapres yang potensial yang tersedia bukanlah kader asli dari Partai Demokrat. Oleh sebab itu pertemuan intensif sudah mulai dilakukan oleh Prabowo dan SBY. Tinggal menambah 1 parpol lagi, sudah cukup untuk mengantarkan Prabowo menjadi capres. PPP yang sudah duluan merapat dengan modal 6,7% suara sudah lebih dari cukup. Sedangkan untuk cawapres, SBY tinggal menyodorkan 11 peserta konvensi capres Partai Demokrat dan peringkat masing-masing untuk dipilih oleh Prabowo.
Ciawi 14 April 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H