Lihat ke Halaman Asli

Mengenang Utomo Dananjaya

Diperbarui: 18 Juni 2015   02:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tadi malam (27/08/2014) saya menghadiri acara mengenang Utomo Danajaya di Auditorium Universitas Paramadina. Saya hadir karena Mas Tom, begitu ia dipanggil, yang meninggal 22 Juli 2014 lalu, adalah guru, atasan  dan sahabat saya di LP3ES. Bahkan selama empat tahun (1977 – 1980) saya satu ruang kerja dengannya.

Tapi malam itu,  banyak tokoh  yang hadir, yang juga punya kenangan mendalam dengan Utomo.  Mereka hadir untuk mengenang dan menghotmati Utomo yang telah memberikan pencerahan bagi mereka melalui pelatihan-pelatihan orang dewasa (andragogy) yang ia bertindak sebagai pelatih. Utomo juga berkontribusi dalam menciptakan iklim lingkungan kerja yang egaliter dan pluralis, baik di LP3ES, As-Syafiiyah maupun Paramadina.

Malam itu ada Anies Baswedan, Rektor Univ. Paramadina, Fachry Ali, Komaruddin Hidayat, Didik J. Rahbini, Judi Latif,  Jimly Assidiqi, Ulil Absar. Dan tidak lupa,  Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Agama RI, yang pernah mengikuti pelatihan Utomo pada 1984. Lukman juga alumnus Universitas Islam As-Syafiiyah (UIA) yang pernah dibesarkan Utomo selalu wakil rektor maupun pengurus yayasan. Tentu saja sangat banyak orang yang bukan tokoh dan elite yang pernah menjadi murid Utomo.

Selain murid, hadir pula teman-teman Utomo yang bersifat lintas golongan dan agama. Ada Adi Sasono (mantan Menkop dan UKM),  Sutjipto Wirosarjono (mantan Rektor UIA),  Amidhan (MUI), Hajriyanto Thohari (Muhammadiyah, Wakil Ketua MPR),  Romo Magnis Suseno (rohaniawan), MM Billah, Daniel Dakhidae (LP3ES) dan lain-lain.

Utomo Dananjaya telah pergi. Tetapi ia meninggalkan banyak warisan. Di LP3ES dia mewariskan iklim kerja yang egaliter, dan demokratis. Di UIA dia ikut membesarkannya, termasuk dalam pembangunan gedung bertingkat tinggi UIA di Jatiwaringin. Utomo juga yang bersama Cak Nur membidani dan menjadi pendiri Universitas  Paramadina.

Saya tentu hanya bisa berdoa. Semoga Allah Swt mengkapitalisasi berbagai kontribusi dan jasa yang telah dilakukan Mas Tom tersebut di atas menjadi amal saleh dan sekaligus menjadi amal jariah yang pahalanya tidak terputus. Semoga Allah untuk memaafkan dan mengampuni kesalahan dan kekeliruan yang telah dilakukan Mas Tom sebagai manusia yang tidak luput dari kesalahan.

Ciawi – Bogor

Twitter : @mjnasti_50




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline