PEMBUKAAN
Awalan yang tepat untuk memahami nilai produksi dalam Islam adalah dengan mempertimbangkan konsep fundamental dari ekonomi Islam itu sendiri. Ekonomi Islam didasarkan pada prinsip-prinsip yang bersumber dari Al-Quran dan Sunnah, yang menekankan pada keseimbangan antara kebutuhan material dan spiritual manusia (Utari et al., 2022). Hal ini tercermin dalam proses produksi, dimana Islam melihat produksi sebagai suatu aktivitas yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia, bukan semata-mata untuk men-hasilkan keuntungan (Gunawijaya, 2017).
keutamaan nilai-nilai Islami dalam produksi, seperti keadilan, tanggung jawab, dan keseimbangan, yang berbeda dari sistem ekonomi kapitalis yang lebih menekankan pada keuntungan dan kepuasan individu (Udin et al., 2018)(Gunawijaya, 2017). Dalam Islam, nilai-nilai etika dan spiritualitas menjadi landasan utama dalam aktivitas ekonomi, di mana tujuan dari produksi bukan semata-mata mencari keuntungan, tet-api juga untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan menciptakan kemaslahatan umum (Utari et al., 2022).Nilai produksi tidak hanya diukur dari hasil fisik atau materi yang dihasilkan, tetapi juga dari proses-proses dalam produksi itu sendiri. Hal ini berbeda dengan sudut pandang konvensional yang hanya menekankan pada efisiensi dan produktivitas (Ain et al., 2021).
PRINSIP-PRINSIP
Berikut ini ada beberapa prinsip-prinsip produksi dalam Islam yang dapat dikaji lebih lanjut:
- Halal dan Tayyyib: Produksi harus dilakukan dengan cara-cara yang halal dan menghindari hal-hal yang haram, seperti riba, gharar, dan ketidakadilan (Utari et al., 2022).
- Tanggung Jawab Sosial: Produsen tidak hanya bertanggung jawab pada dirinya sendiri, tetapi juga pada lingkungan dan masyarakat sekitarnya (Yulianti, 2010).
- Keseimbangan: Terdapat keseimbangan antara kepentingan individu, masyarakat, dan lingkungan dalam proses produksi (Gunawijaya, 2017).
- Sederhana dan Efisien: Produksi harus dilakukan dengan cara yang sederhana, efisien, dan tidak berlebihan (Utari et al., 2022).
- Kemaslahatan: Produksi harus memberikan manfaat dan kemaslahatan bagi seluruh umat manusia, bukan hanya untuk kepentingan pribadi (Yulianti, 2010).
- Kepatuhan terhadap prinsip-prinsip ini akan memastikan bahwa setiap aktivitas produksi tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga selaras dengan nilai-nilai etika dan moral yang diajarkan dalam Islam, sehingga dapat mendorong kesejahteraan dan keadilan bagi seluruh masyarakat.
ISI
(Umam & Harahap, 2022) (Yulianti, 2010)Hal ini telah digarisbawahi oleh berbagai pemikir ekonomi Islam, seperti yang diuraikan dalam sumber-sumber berikut. Dengan mengikuti nilai-nilai tersebut, berbagai potensi produksi dalam masyarakat Islam dapat berkembang secara berkelanjutan dan harmonis, selaras dengan tujuan syariah untuk mencapai keadilan sosial dan meminimalkan kerugian bagi individu maupun masyarakat (Iswanto, 2016) (Widaningsih, 2020) (Umam & Harahap, 2022) (Yulianti, 2010). Selain itu, penerapan prinsip-prinsip ini dalam konteks produksi dapat berkontribusi terhadap pengembangan ekonomi syariah yang lebih inklusif dan sustainabel, dengan memperhatikan aspek etik dan moral dalam setiap tindakan ekonomi yang diambil. Dalam hal ini (Yulianti, 2010) (Umam & Harahap, 2022) (Widaningsih, 2020), dimana disebutkan bahwa aktivitas ekonomi Islam, termasuk produksi, harus dilakukan dengan berpegang pada prinsip-prinsip
syariah, seperti men-dapatkan ridha Allah, memperhatikan kepentingan sosial, dan membawa kemaslahatan bagi masyarakat. (Widaningsih, 2020) (Umam & Harahap, 2022) (Yulianti, 2010) (Iswanto, 2016) Dalam konteks ini, penting untuk diingat bahwa produksi dalam Islam tidak hanya berkaitan dengan aspek material, tetapi juga dengan dimensi spiritual yang mendasari setiap tindakan ekonomi, sejalan dengan pandangan bahwa manusia sebagai khalifah di bumi memiliki tanggung jawab untuk memelihara dan memanfaatkan sumber daya alam dengan bijaksana (Yulianti, 2010) (Saputra & Hilabi, 2022) (Widaningsih, 2020) (Umam & Harahap, 2022). Sebagai hasilnya, kegiatan produksi dalam kerangka Islam harus dilaksanakan dengan penuh kesadaran akan tanggung jawab sosial dan lingkungan, sehingga menjamin kesejahteraan tidak hanya bagi individu, tetapi juga bagi seluruh komunitas dan alam semesta secara menyeluruh.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa produksi dalam perspektif Islam tidak hanya terfokus pada aspek materi, tetapi juga menekankan pada nilai-nilai spiritual dan kemaslahatan umum. Hal ini merupakan sebuah pendekatan holistik yang meng-integrasikan antara aspek duniawi dan ukhrawi dalam aktivitas ekonomi (Anggreini & Qomar, 2021).Dengan prinsip tersebut, produksi dalam islam bukan hanya menghasilkan barang atau jasa fisik, tetapi juga memperhatikan aspek-aspek syariah, etika, dan sosial, demi mencapai kesejahteraan dan kemakmuran bersama.Melalui penerapan nilai-nilai Islami dalam produksi, diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat secara l-Umum (Utari et al., 2022).
KESIMPULAN
Produksi dalam pandangan Islam tidak hanya berfokus pada efisiensi dan keuntungan semata, namun juga harus didasarkan pada prinsip-prinsip Islami seper-ti halal, tanggung jawab sosial,sederhana, efisien, keseimbangan dan kemaslahatan. Dengan mengedepankan nilai-nilai Islami, diharapkan produksi dapat memberikan manfaat yang lebih luas bagi masyarakat dan lingkungan.