Kalau tadi siang tidak mampir ke Kompasiana, saya pasti melewatkan momen berharga ini, hari bertumbuh Kompasiana yang ke 12 tahun. Wah ... Masih unyu-unyu ...
Terhitung masih fresh from the oven alias masih sangat hijau, belum menulis puluhan atau bahkan ratusan artikel seperti para senior kompasioner lain. Masih harus banyak belajar dari para senior kompasioner.
Terus terang, sempat minder serta didera keraguan, butuh waktu lama sampai saya punya keberanian dan menantang diri sendiri untuk berani menerbitkan tulisan di Kompasiana.
Siapa sih saya ini ? Kemampuan menulis belum seberapa dibanding penulis di Kompasioner lain. Paling banter menuliskan beban yang memenati kepala berupa puisi atau cuitan unfaedah via Twitter. Punya blog tapi terbengkalai bertahun-tahun. Duh ...
Sebuah suara di kepala lantang menggugat, terus mau sampai kapan berlama-lama sembunyi dibalik cangkang ? Beranikan diri. Tepis ragu. Menulis saja. Coba dulu. Katanya suka menulis, sebarkan dong tulisanmu, kalau hanya disimpan dan dinikmati sendiri, tulisanmu tidak akan berkembang. Sampai kapan pun kamu tidak akan pernah tahu kekurangan tulisanmu. Tulisan butuh dinilai, diapresiasi.
Di bulan Oktober saya memantapkan hati mendaftar ke Kompasiana, sempat validasi data bermasalah. Maklumlah diri ini lumayan gaptek. Berkali-kali harus mengulang validasi data.
Namun, kegigihan itu berbuah manis, Kompasiana membukakan jalan dan menyediakan wadah bagi saya untuk belajar serta bertumbuh melalui menulis.
Meski terhitung baru, namun saya menemukan kenyamanan serta candu dalam menulis. Mungkin ini terdengar norak, tapi saya sungguhan haru ketika puisi pertama berjudul "Untuk Perempuan" dibubuhi 2 rating.Iya, 2 , sedikit memang. Yang membaca puisi itu juga tidak banyak.
Ajaibnya, hal itu mampu menjadi pasokan semangat untuk terus menulis di Kompasiana. Terima kasih Nana Marcecilia dan Fatmi Sunarya, tindakan sederhana namun besar dampaknya bagi pemula seperti saya.
Saya terlecut kembali memintal aksara, meski hanya beberapa artikel, poin masih minimalis, tapi bukan itu tujuan utama. Ketika tulisanmu dibaca, diapresiasi, terutama ada yang bersedia meluangkan waktu memberikan komentar , mau positif atau negatif akan diterima dengan lapang hati. Rating yang dibubuhkan para kompasioner sangat berarti, terima kasih Kompasioner, salam hangat, jabat erat dari jauh, terima kasih tak berhingga.