Lihat ke Halaman Asli

denbagusesumitro

Tukang Bangunan

Perubahan Habitus Belanja Pascapandemik Covid-19

Diperbarui: 27 April 2020   08:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

tangkapan layar dari Getol!

         Saat dunia sekarang ini bergelut memerangi pandemic Covid -19 yang hampir merata di seluruh dunia. Kegiatan ekonomi apapun bentuknya terpukul oleh wabah ini dengan dampak ekonomis yang sangat mengenaskan. Hampir semua sektor usaha  terpuruk, alhasil banyak sekali usaha atau pengusaha merumahkan karyawanya karena sektor produksi mengurangi atau bahkan menghentikan produksi. Hal ini di akibatkan oleh  missing link yang terputus dalam dunia usaha yaitu sektor penjualan..

        Di sisi lain hilangnya mata rantai usaha itu, berimbas pada sektor produksi dimana sektor ini tergantung pada sistem tata niaga  yang sudah berjalan dalam sebuah bisnis. Bisnis apa yang tidak tergantung pada system penjualan dan distribusi hasil produksi, tentunya hampir semua bisnis tergantung pada marketing force dalam perusahaan tersebut. Imbas dari terputusnya  tata niaga sebuah usaha yaitu penjualan berakibat pada berkurangnya kemapuan untuk produksi.  Berita yang muncul di web internal perusaan atau bulletin komunitas karyawan sebuah kawasan industri. Seperti dilansir dalam media social instagram @bekasi.people, yang merilis berita beberapa perusahaan disekitar Bekasi yang mulai mengurangi produksi, atau bahkan menghentikan produksi. Hal ini berdampak pada perusahaan yang kemudian merumahkan atau pemutusan hubungan kerja  pada sebagain kayawan agar perusahan mampu bertahan hidup ditengah badai pandemik virus covid-19.

Rantai Penjualan Yang Terputus.

       Rantai penjualan Terputus, hal ini terjadi karena masih banyak perusahaan mengandalkan system tata niaga konvensional, dimana dalam sistim tata niaga tersebut  sangat tergantung pada pertemuan  face to face antara seles dan customer. Dalam masa dimana penularan virus covid-19 sangat cepat karena interaksi dengan orang lain yang menjadi carier baik di ketahui atau tidak, maka hal ini menjadi kesulitan besar dimana tata niaga berbagai barang dan jasa masih mengandalkan tata niaga kovensional. Perlu diketahui dalam masa ini dimana pandemic covid-19 sosial distansi harus diterapakan untuk memutus rantai penularan virus covid-19

       Melemahnya daya beli masyarakat karena situasi pandemik ini karena hampir di semua lini kehidupan dan perputaran roda ekonomi terbatas oleh aturan social distansi. Adanya pembatasan ini berakibat banyak perusahan yang menerapkan Work Form Home, yang akibatnya sebagian dari masyarakat yang mengandalkan penjualan berbagai macam produk mereka dengan pertemuan langsung menurun penjualanya. Secara logis bahwa situasi yang tercipta saat ini adalah rantai penjualan dari pengecer hingga produsen putus, karena salah satu lini front liner (pemicu ekonomi) terhenti. Contoh sekolah, kantor, pelayanan public libur otomatis pedagan kecil tidak bisa jualan (pasar terhenti). Hal ini membuat pasar terendah dalam dalam sebuah sistem tata niaga melemah Dengan demikian pasar menengah juga akan lumpuh dan seterusnya. Hingga sistem tata niaga perdagangan skala besar ikut terhempas.

       Jika pola-pola ini berkepanjangan maka ada kemungkinan baik cepat atau lambat maka pasar akan lumpuh. Dengan lumpuhnya pasar otomatis stok produksi menumpuk dan tidak mungkin ada penjualan. Dengan demikian produsen dalam ujung gulung tikar dimana stok, pasar dan permintaan tidak seimbang yang berakibat cashflow sebuah perusahaan terganggu. Dalam situasi ini harus ada sebuah solusi supaya pasar dapat hidup kembali sehingga roda ekonomi dapat kembali bergulir. Pola ini juga terjadi pada bisnis sekala menengah atau bhkan besar yang masih mengandalkan direct seles. Pasar terhenti dan akhirnya produksi juga terhenti dan ini perlu solusi

Digital Marketing dan Digital Branding

            Sebelum masa crisis virus covid-19 sudah banyak perusahaan atau pengusaha mulai skala besar hingga skala kecil mulai menerapkan pola bisnis baru dengan memanfaatkan online marketing atau digital marketing untuk meraih pasar yang lebih luas tanpa jarak dan waktu. Pola bisnis online ini akan memangkas tata niaga konvesional yang masih mengandalkan panjangnya rantai bisnis yang berujung pada seles kovensional yang mengandalkan perjumpaan penjual dan pembeli.  Pada masa sebelum (crisis corona sebut saja begitu untuk selanjutnya) digital marketing masih sangat diremehkan, banyak produsen rupanya belum sadar betul bahwa dunia digital marketing ini bisa menembus ruang dan waktu, bahkan jarak. Ketidakpercayaan itu muncul karena pengusaha-pengusaha nakal yang memanfaatkan media online untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya tanpa peduli kepuasan pasar.  Ujung-ujungnya membuat pasar kecewa pesimis dan ragu pada produk atau jasa yang di jual lewat media online.  Pada masa sebelum crisis corona semua pembeli atau customer lebih percaya dan matap jika bisa bertatap muka dengan marketing atau barang yang akan mereka pakai atau beli. Dengan kata laian tata niaga konvesional masih menjadi raja dunia usaha masa itu.. Namun saat ini dimana kedekatan fisik menjadi hal yang paling haram untuk dilakukan maka digital marketing dan digital branding sudah menjadi keharusan atau harus dilakukan untuk dapat mengerakan lagi roda ekonomi yang sekarang melambat dan cenderung perlahan berhenti.

Memperbandingkan marketing ofline dan online. Apa sih marketing online? Apa marketing offline?. Terkait pada kata online dan ofline tentunya di hubungkan dengan internet. Maka online marketing adalah marketing yang dikukan dengan mengunakan fasilitas jaringan internet. Perkembangan pada saat ini dunia marketing online tidak hanya terbatas pada media internet saja melainkan juga dunia broadcasting. Dimana visual dan audio dapat di sertakan dalam proses marketing online. Misalnya iklan tv, iklan di media social youtube, website, atau bahkan iklan dalam bentuk popup yang muncul saat annda mengakses internet, dengan computer, laptop, tablet, atau smartphone, sehingga audiens penerima atau tujuan pasar bisa sangat personal.

            Beda dengan iklan offline yang masih mengandalkan flyer, brosus, baliho, bander atau sepanduk, senyatanya tidak dapat menjangkau pasar secara personal. Kelemahan tersebut menjadi sinyal dimana dunia marketing dengan model offline mulai akan ditinggalkan. Meski demikian marketing atau iklan dengan model model tersebut masih dibutuhkan oleh public sebagai sebuah sarana yang cukup efektif di kalangan masyarakat tertentu. Dengan demikian perusahaan iklan atau para produsen produk marketing masih tetap mengunakan metode ini untuk sasaran pasar tertentu. Bahkan tak jarang produk marketing offline digabungkan dengan online seperti : baliho digital yanga menampilkan suara dan video bergerak. Hal ini terkadang oleh para pelaku dunia marketing dibuat menjadi overlap. Semua hal itu tidak merugikan sejauh pada masa pandemic ini dapat menjadi pemicu roda perekonomian terus bergerak.

Kesadaran Baru Mengenai Digital Marketing

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline