Lihat ke Halaman Asli

Mita Nurbaiti Agustin

Seseorang yang haus akan ilmu.

Kenalilah, Ilmuwan Muslim Serba Bisa Ini

Diperbarui: 3 Desember 2019   18:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menjadi seorang ilmuwan tentulah tidak mudah, harus mempunyai kepintaran yang mumpuni dan mempunyai rasa ingin tau yang tinggi. Tetapi tidak bagi seorang ilmuwan muslim yang berasal dari Iran. Dialah Muhammad bin Zakariya Ar-Razi atau sering kali dikenal dengan nama Ar-Razi atau Rhazes di dalam dunia barat.

Ar-razi merupakan seorang ilmuwan di banyak bidang yang telah lahir di Rayy, Teheran pada Agustus tahun 865 Masehi, sejak masih muda Ar-Razi sudah tertarik dalam bidang-bidang tertentu seperti filsafat, matematika, kimia, dan kesastraan. Ini terbukti dari kegemaraan beliau dalam mempelajari hal tersebut sedari muda. Selain dikenal sebagai ilmuwan terbesar dalam islam, Ar-razi juga di ketahui sebagai ilmuwan serba bisa.

Pada awalnya Ar-razi merupakan seorang musisi, tetapi dia kemudian lebih tertarik pada bidang alkemi. Dalam penelitiannya dibidang alkemi Ar-razi banyak mengalami masalah sehingga membuat matanya menjadi cacat. Kemudian beliau mencari dokter yang dapat menyembuhkan matanya. Dari sinilah beliau mulai tertarik dengan dunia kedokteran. Beliau belajar ilmu kedokteran dari seorang dokter dan filsuf yang bernama Ali ibnu Sahal At-Tabari.

Ar-razi telah memberikan kontribusi banyak khususnya dalam bidang kedokteran. Misalnya dalam bidang penyakit cacar dan campak, beliau menulis buku yang berjuduk Al-Judari wal-Hasbah atau yang dalam bahasa Indonesianya berarti "cacar dan campak". Ini adalah buku pertama beliau yang membahas tentang cacar dan campak sebagai dua wabah yang berbeda. Kemudian Ar-razi juga merupakan ilmuwan pertama yang menjelaskan demam sebagai mekanisme tubuh untuk melindungi diri.

Tidak hanya itu, belaiu juga menemukan penyakit alergi dan asma sekaligus ilmuwan pertama yang menulis tentang alergi dan imunologi. Dalam bidang farmasi beliau juga berkontribusi membuat peralatan seperti tabung, spatula dan mortar. Beliau juga mengembangkan obat-obatan yang berasal dari merkuri.

Sebagai seorang muslim, Ar-razi tidak melupakan persoalan tentang adab kedokteran. Beliau menegaskan bahwa tujuan menjadi seorang dokter adalah untuk berbuat baik kepada sesama. Beliau menyayangkan adanya oknum-oknum dokter yang bekerja demi uang saja. Beberapa karyanya yang telah dituliskan dalam buku antara lain :

  • Hidup yang luhur
  • Petunjuk kedokteran untuk masyarakat umum
  • Keraguan pada Galen
  • Penyakit pada Anak.

Ar-razi wafat dalam usia 62 tahun, yaitu pada 925 M. Meskipun telah tiada namun karya-karyanya masih digunakan oleh umat manusia. Seiring perkembangan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan, maka teori akan lahir silih beganti dari hari kehari. Maka sebagai generasi muslim kita berkewajiban untuk menimba ilmu dan menyempurnakan penelitian yang dilakukan Ar-razi, agar dunia kedokteran islam selalu menjadi rujukan di dunia internasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline