Lihat ke Halaman Asli

Tingginya Tingkat Kemiskinan Akibat Rendahnya Pendidikan di Indonesia

Diperbarui: 25 Maret 2023   15:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Imhttps://www.asliindonesia.net/wp-content/uploads/2016/05/seorang-guru-mengajar-dua-kelas-sekaligus-di-_131127191414-858-1.jpgage caption

Masalah kemiskinan di Indonesia merupakan hal yang masih dicari jalan penyelesaiannya sampai detik ini. Banyak sekali faktor penyebab kemiskinan, terutama karena rendahnya kualitas Pendidikan di Indonesia. Negara Indonesia terkenal dengan sumber daya alam yang sangat berlimpah, namun sayangnya sumber daya manusianya belum bisa mengelola ini dengan baik. Karena hal itu pemenuhan kebutuhan masih menjadi masalah di negara ini. Jika sumber daya alam bisa dikelola dengan baik hal ini bisa menjadi salah satu pemecah masalah kemiskinan. Namun permasalahan rendahnya keinginan untuk menuntut ilmu yang akhirnya berdampak juga terhadap rendahnya kualitas individu. Karena rendahnya kualitas sumber daya manusia ini juga berdampak terhadap daya saing masyarakat yang masih rendah akan berakibat tidak sejahteranya hidup mereka. 

Pendidikan merupakan hal yang harus dikemabangkan sampai kapan pun. Karena Pendidikan merupakan jendela dunia, dimana karena Pendidikan kita bisa merubah masa depan kita menjadi lebih baik karena luas nya ilmu yang kita punya. Melalui Pendidikan yang tinggi dan berkualitas itu juga bisa memajukan bangsa. Permasalahan Pendidikan ini sudah seharusnaya diperhatikan dan dilaksanakannya berbagai program pembangunan. Pembangunan nasional sendiri menurut bappeda merupakan upaya untuk meningkatkan aspek kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara untuk mewujudkan tujuan nasional. Pendidikan juga dianggap sebagai alat untuk mencapai target yang berkelanjutan, kerena dengan pendidikan yang berkualitas maka jumlah tenaga kerja yang terserap akan meningkat sehingga pengangguran dan kemiskinan akan perlahan berkurang.

Dalam   UU   Nomor   25   Tahun   2000   tentang   Program   Pembangunan Nasional (PROPENAS), dinyatakan bahwa ada tiga tantangan besar dalam bidang pendidikan  di  Indonesia,  yaitu : (1)  mempertahankan  hasil-hasil  pembangunan pendidikan  yang  telah  dicapai, (2)  mempersiapkan  sumber  daya  manusia  yang kompeten  dan mampu  bersaing  dalam  pasar  kerja  global, dan  (3)  sejalan  dengan diberlakukannya   otonomi   daerah   sistem   pendidikan   nasional   dituntut   untuk melakukan   perubahan   dan   penyesuaian  sehingga   dapat   mewujudkan   proses pendidikan yang lebih demokratis, memperhatikan keberagaman, memperhatikan kebutuhan  daerah  dan  peserta  didik,  serta  mendorong peningkatan  partisipasi masyarakat.

Pada point pertama dalam program pembangunan nasional diatas tetap harus mempertahankan hasil-hasil pembangunan pendidikan yang telah dicapai, contohnya program wajib belajar 12 tahun dan hingga saat ini program pendidikan berupa beasiswa pertukaran pelajaran masih terus dijalankan dan semakin di fasilitasi lagi. Pada point kedua mempersiapkan sumber daya manusia yang kompeten dan mampu bersaing di pasar global dalam hal ini pendidikan juga bukan hanya mengajarkan teori melainkan ditambah dengan pembekalan keterampilan dan keahlian sehingga nantinya bisa terjun dan bersaing dengan baik di pasar global. Lalu point ke tiga pendidikan juga harus bisa memperhatikan keragama, kebutuhan daerah dan partisipasi masyarakat.

Untuk dapat mewujudkan itu semua ada strategi pembangunan yang dapat dilakukan dan diterapkan dalam upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat, yaitu:

1. Pembangunan sosial melalui Individu

Jadi individu-individu secara swadaya membentuk suatu usaha untuk memfasilitasi agar pemberdayaan masyarakat ini bisa berjalan.

2. Pembangunan sosial melalui komunitas

Jadi suatu kelompok komunitas secara sadar dan perduli bekerjasama untuk mengembangkan potensi yang ada agar terwujudnya masyarakat yang kompeten dalam berbagai bidang

3. Pembangunan sosial melalui pemerintah

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline