Lihat ke Halaman Asli

Sosialisasi Kerajinan Tanah Liat (Gerabah) oleh Kelompok 072 KKN Kolaboratif#3: Membangkitkan Minat Siswa Terhadap Kerajinan Gerabah

Diperbarui: 6 Agustus 2024   20:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar : Dokumentasi Penulis, 2024

Jember -- Kelompok 072 KKN Kolaboratif#3 melakukan sosialisasi dengan tema "Merawat Kultur Kertonegoro Supoyo Kerto Raharjo". Kegiatan ini terlaksana pada Sabtu, 3 Agustus 2024 dengan sasaran siswa-siswi MTs Maftahul Huda dan MA Al-Anwar di Desa Kertonegoro. Sebanyak 40 santri putra MA Al-Anwar dan 25 santri putri MA Al-Anwar serta 82 siswa-siswa MTs Maftahul Huda yang berpartisipasi pada kegiatan sosialisasi pentingnya menjaga kultur dalam suatu desa.

Merawat Kultur Kertonegoro Supoyo Kerto Raharjo, tema sosialisasi ini memiliki arti bahwa dengan merawat kultur desa dapat menjadikan sebuah desa menjadi tertib, tentram, sejahtera, serta berkecukupan segala sesuatunya. Sosialisasi ini bertujuan untuk membangkitkan minat siswa terhadap kerajinana lokal yang merupakan potensi desa. Hal ini dilakukan karena pengrajin gerabah di Desa Kertonegoro semakin sedikit yang artinya tidak memiliki regenerasi dengan baik.

Di Jember, hanya terdapat dua desa penghasil kerajinan tanah liat atau gerabah yaitu Desa Silir dan Desa Kertonegoro. Terdapat 8 pengrajin gerabah di Desa Kertonegoro yang masih bertahan dari yang awalnya terdapat 25 pengrajin gerabah di Desa Kertonegoro. Pandangan akan pekerjaan pengrajin gerabah yang dianggap rendah menjadikan kurangnya regenerasi untuk melestarikan potensi Desa Kertonegoro sebagai salah satu desa penghasil gerabah di Jember.

Sumber : Dokumentasi Penulis, 2024

Pada awalnya, para siswa kurang memahami dan mengerti potensi kerajinan tanah liat atau gerabah di Desa Kertonegoro. Melalui sosialisasi ini mereka mulai menyadari bahwa membuat gerabah itu sebenarnya mudah. Dalam sosialisasi dijelaskan bahwa ada dua cara dalam pembuatan gerabah yaitu dengan cara tradisional dan modern.

Salah satu pengrajin gerabah yang terkenal di Desa Kertonegoro yaitu Mbah Wage beserta istrinya. Mbah Wage dapat menghasilkan kurang lebih 200 gerabah dalam satu hari dengan menggunakan alat cetakan gerabah. Sedangkan Bu Wage dapat menghasilkan kurang lebih 30 gerabah dalam satu hari dengan menggunakan cara manual atau tradisional dalam prosesnya.

Gerabah menjadi potensi desa yang sangat perlu dilestarikan. Pembuatan gerabah tidak sembaragan sehingga tidak semua orang bisa membuatnya. Tapi pembuatan gerabah bukan hal sulit karena dapat dipelajari. Selain sosialisasi, kelompok 072 KKN Kolaboratif#3 juga mengajak siswa-siswi MTs Maftahul Huda untuk pratik langsung dalam pembuatan gerabah di rumah Mbah Wage.

Sumber : Dokumentasi Penulis, 2024

Banyak siswa yang sangat antusias dalam kegiatan kunjungan ke pengrajin gerabah pada Minggu, 4 Agustus 2024 untuk praktik langsung dalam pembuatan gerabah. Rasa penasaran mereka terbayar tuntas ketika mencoba praktik langsung membuat gerabah secara tradisional maupun dengan alat cetak. Rasa puas ketika mengetahui mudahnya pembuatan gerabah sangat terlihat.

Melalui kegiatan ini diharapkan semakin banyak siswa yang tertarik dan mau belajar tentang kerajinan gerabah sehingga dapat melestarikan tradisi lokal dan menciptakan regenerasi pengrajin gerabah di masa depan khususnya di Desa Kertonegoro. Kegiatan ini juga diharapkan dapat memberikan gambaran terhadap peluang ekonomi yang bisa dikembangkan dari kerajinan ini, selain sebagai upaya melestarikan budaya lokal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline