Lihat ke Halaman Asli

Redam Padam

Diperbarui: 24 Juni 2015   14:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Satu persatu titik cahaya yang berpendar perlahan mulai memudar. Tidak ada lagi berkas-berkas sinar yang dulu selalu berusaha menyeruak masuk menembus retina di mataku. Tiap-tiap foton yang tertembak seakan terpental jauh entah kemana. Benang-benang nada pun tidak mau ketinggalan. Mereka ikut mogok seolah sepakat dengan cahaya. Sehelai demi sehelai nada mulai meninggalkan gendang di telinga. Mereka tidak putus asa, hanya menolak untuk singgah di dalam sana. Mereka semua pergi. Aku tertinggal disini, tanpa cahaya, tanpa suara. Aku dapat merasakan dari jauh ada yang sedang berusaha menghampiri. Perlahan-lahan merayap kian mendekat merapat. Sesaat yang lalu aku berpikir bahwa aku akan selamanya sendiri, namun mereka berdua seketika mendekapku erat-erat. Dekapan yang terasa dingin dan hampa. Kosong. Setelah berdiam sejenak, aku mulai menyadari mereka berdua sangat bersahabat. Seolah berbisik bahwa mereka akan setia menemani selama sisa hidupku yang entah sampai kapan. Maka akupun memberanikan diri untuk menyambut mereka berdua. "Hai, selamat datang Sang Gelap, selamat datang Sang Sunyi. Aku mohon, jaga aku baik-baik ya." Muhammad Iskandar Satriyo Utomo. lima - april - dua ribu tiga belas. Redam Padam. Canon EOS 400D. Oleh: Muhammad Iskandar Satriyo Utomo.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline