Lihat ke Halaman Asli

Kabar dari Seberang

Diperbarui: 22 Maret 2020   10:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kabar dari Seberang

Suasana meriah yang menyelimuti bandar Nyiurmelambailambai selama sepasar Pesta Laut berlangsung perlahan-lahan mereda seiring dengan selesainya acara. Pasar malam yang berlanjut hingga satu pasaran kemudian hanya sanggup mempertahankan sisa-sisa semangat yang tertinggal. Begitu pasar malam usai, maka semua kembali seperti sediakala. Meskipun bandar tetap ramai oleh kegiatan dagang, ramainya tidak pernah bisa menggantikan kemeriahan Pesta Laut. Ya, perginya Pesta Laut membawa serta kemeriahannya. Seperti halnya mongso terang yang juga pergi membawa serta kemungkinan hujan di mongso paceklik yang menyusul kemudian.

Pancaran sinar matahari memang terasa semakin menjadi-jadi belakangan ini. Sinarnya menjerang semua yang kena; perairan, daratan, juga manusia dengan segala suasana hidupnya. Suasana panas di kalangan muda yang terbangun dibalik bayang-bayang selama berlangsungnya Pesta Laut menjadi semakin panas. Darah muda mereka yang gampang panas meluap oleh segala pergesekan yang telah terjadi, siap tertumpah!

Namun, bukan hanya muda mudi Nyiurmelambailambai saja yang sedang diliputi kegelisahan. Seluruh perairan Nusantara pun sedang diliputi kegelisahan yang berpangkal pada peristiwa yang terjadi di salah satu negeri di barat Nusantara, yang lantas menjalar ke segala penjuru. Jika kegelisahan punya rupa yang bisa ditangkap mata, tentu dapat kita lihat kegelisahan itu sedang mengekor kapal dagang yang mendekati Nyiurmelambailambai dari arah barat. Dari benderanya dapat diketahui kapal dagang itu milik Nyiurmelambailambai.

Dengung bunyi gong yang dipukul tiga kali memberitahukan orang-orang, terutama para pedagang dan pekerja pelabuhan, akan kedatangan kapal itu jauh sebelum sosoknya bisa dilihat mata orang yang berada di bandar.

Kapal itu melaju mantap ketika mengubah haluannya menuju dermaga. Masih ada tempat yang tersisa di dermaga untuk bersandar.

Para pekerja berdatangan menyambut berlabuhnya kapal dagang itu. Namun, mereka menjadi heran ketika mendapati tampang para awak kapal yang tegang dan memancarkan kekalutan. Mereka lebih terheran-heran lagi ketika orang yang pertama turun, sang nakhoda, malah memarahi mereka.

"Bubar! Bubar! Tidak ada muatan untuk kalian bongkar!" sang nakhoda berseru-seru gusar. Tampangnya pun tidak kalah tegang dari anak buahnya.

Sang nakhoda berlalu dengan langkah tergesa-gesa meninggalkan dermaga serta para pekerja yang pada terdiam membeku di tempat mereka berdiri.

Sang nakhoda menuju kesyahbandaran. Di sana dia langsung menemui syahbandar di ruangannya.

Di ambang pintu sang nakhoda berhenti sejenak, menyembah dada dan memanggil, "Tuan Syahbandar!"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline