Sekolah merupakan lembaga formal yang didaulat sebagai tempat untuk mencetak insan pendidikan mulia yang berkarakter unggul dalam rangka pembangunan nasional Indonesia. Hal ini tentu bukan perkara mudah dan perlu berbagai terobosan strategis mengingat saat ini telah memasuki era Generasi Z.
Pemerintah kini sedang menggalakkan sekolah sebagai model lingkungan kebudayaan dalam upaya untuk menumbuhkembangkan pendidikan karakter berbasis budaya. Proses pendidikan tentu tak pernah lepas dari faktor budaya. Budaya merupakan nilai-nilai luhur bangsa yang sudah mengakar kuat, sehingga perlu ditanamkan sejak dini dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam sebuah proses pendidikan.
Menurut konsep yang dikemukakan oleh Freeman Butt dalam bukunya yang terkenal "Cultural History of Western Education", bahwa pendidikan adalah kegiatan menerima dan memberikan pengetahuan sehingga kebudayaan dapat diteruskan dari generasi ke generasi berikutnya.
Konsep tersebut di atas memberikan pandangan pada kita tentang pendidikan sebagai proses penyesuaian diri secara timbal balik, baik memberi maupun menerima pengetahuan yang tak lepas dari unsur-unsur kebudayaan, sehingga akan terjadi perubahan pada diri manusia ke arah yang lebih baik dan kebudayaan yang ada tetap dapat dilestarikan.
Gerusan arus globalisasi yang bertubi-tubi dikhawatirkan dapat mengikis budaya-budaya luhur bangsa. Tanpa adanya pendidikan karakter berbasis budaya akan membawa ke sebuah kondisi dimana bangsa ini akan merasa "terasing" di negerinya sendiri.
Tingginya tingkat pertukaran informasi global yang mengandung virus-virus budaya asing yang tidak sesuai dengan budaya luhur bangsa memang harus diantisipasi. Namun harus kita sadari bahwa kemajuan teknologi, khususnya teknologi informasi (information of technology/IT) adalah sebuah keniscayaan yang tak dapat dihindari.
Generasi muda harus mengenal budaya luhur bangsanya. Sekolah harus mengambil peran dalam transformasi budaya yang bisa mengoptimalkan pewarisan nilai-nilai budaya kepada generasi muda, sehingga generasi muda kita memiliki karakter yang kuat sebagai para calon pemimpin bangsa yang bermartabat.
Penguatan Pendidikan Karakter
Sekolah sebagai model lingkungan kebudayaan merupakan salah satu upaya dalam rangka penguatan pendidikan karakter berbasis budaya. Ini merupakan tantangan besar yang tak bisa dibilang mudah bagi para stakeholder pendidikan kita.
Beberapa hal penting untuk dilakukan dalam rangka mendesain sekolah sebagai model lingkungan kebudayaan, pertama, meningkatkan sarana dan prasarana budaya. Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor penting yang mendukung proses pembelajaran atau transformasi budaya di sekolah.
Meningkatkan sarana dan prasarana budaya di sekolah model memang membutuhkan alokasi biaya yang sangat tinggi. Namun dengan adanya dukungan anggaran dari pemerintah yaitu melalui kebijakan tentang skema pembiayaan Pemajuan Kebudayaan dengan mengalokasikan minimal 2,5% anggaran khusus dari APBN/APBD atau Bantuan Operasional Kebudayaan (BOK) tentu akan sangat membantu. Diharapkan Bantuan Operasional Kebudayaan tersebut selain untuk mendukung aktivitas budaya di sanggar-sanggar dan komunitas seni budaya, juga dapat dipergunakan untuk mendukung aktivitas budaya khususnya di sekolah model.