Lihat ke Halaman Asli

Resensi Novel “Her Story not HIStory”: Cerita Asmara ala Akademisi

Diperbarui: 18 April 2016   19:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Apa yang membuat Anda ingat masa SMA? Galaknya guru, serunya bercanda dengan teman atau urusan asmara? Iya sebagian orang sepakat bahwa SMA identik dengan percintaan. Masa-masa labil yang membuat rindu sebagian orang, perasaan pertama saat cinta pertama sampai mungkin ditolak untuk pertama kali. Novel perdana karangan Amelberga Vita Astuti ini merupakan sebuah novel yang memiliki settings kehidupan remaja SMA. Ciri khas Anak Baru Gede (ABG), dengan tokoh sentral Tesalonika yang menjadi daya tarik novel ini.

Seperti kebanyakan remaja pada umumnya, Ta panggilan Tesalonika merupakan remaja putri yang bergelut dengan kepolosan dan kejujuran hatinya untuk menetapkan pilihan hatinya. Kehidupan persahabatan antara Ta dengan tiga lelaki yang mengidamkan dirinya yaitu Mahesa, Satriyo, dan Sadewa menjadi dramatis ketika persahabatan mereka diuji dengan cinta yang sama. Karakter masing-masing yaitu Mahesa, Satriyo, dan Sadewa yang sangat kuat dalam bakat mereka masing-masing, membuat seorang Ta harus jeli memilih diantara mereka.

Anda mungkin terjebak nostalgia ketika penulis berhasil mengiring imajinasi dan perasaan anda kembali pada masa SMA. Kemampuan penulis dalam mengeksplorasi kehidupan masa SMA secara detail mampu menghidupkan suasana dilema seorang tokoh Ta, yang masih labil dan sibuk dengan perasaannya.  Suasana Yogyakarta sebagai kota pelajar juga menambah pengalaman nostalgia yang menyenangkan bagi pembaca, namun hal ini sekaligus menjadi tantangan bagi pembaca yang belum pernah tinggal di Yogyakarta karena mungkin menemukan kesulitan saat dijelaskan beberapa tempat di Yogyakarta.

Perasaan yang berbunga-bunga ketika jatuh cinta, gugup saat sedang bersama orang yang dicintai dan kepolosan kehidupan SMA, adalah sebuah kekuatan dari novel ini untuk mengajak kita berefleksi tentang kehidupan saat sekolah dulu. Hanya dengan bernostalgia kita dapat mengobati sedikit rasa rindu kita pada zaman sekolah dulu. Tokoh Ta dan lainnya juga dapat menjadi bahan permenungan remaja SMA sekarang.

Tokoh Ta yang digambarkan memiliki niat baik, lembut, ceria dan polos menjelaskan pentingnya bagi remaja sekarang untuk memiliki nilai-nilai atau prinsip yang harus dipegang. Persahabatan sejati dan semangat untuk berprestasi harusnya menjadi kesempatan yang didapatkan saat mengecap bangku SMA. Pengalaman atau karakter yang dibangun saat SMA memiliki arti yang penting bagi fase kehidupan selanjutnya. Prestasi-prestasi yang diukir oleh Ta, Satriyo, Mahesa, Sadewa, dan Arimbi dapat menjadi contoh bagi remaja seusianya agar terhindar dari narkoba, seks bebas, dan pergaulan yang tidak sehat (Bersambung)

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline