Lihat ke Halaman Asli

Tri Novia

Miss Via

Komunikasi Interpersonal dan Burnout Perawat di Tengah Pandemi

Diperbarui: 7 Juli 2021   22:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Penelitian ini berawal dari sebuah fenomena dari sebuah penelitian yang saya temukan mengenai burnout para tenaga Kesehatan dan tenga medis di Indonesia. Tim Peneliti dan Prodi Magister Kedokteran Kerja dari FK UI menemukan bahwa dari 3000 tenaga Kesehatan dan tenaga medis yang diteliti 83% diantaranya mengalami burnout syndrome dengan derajat sedang dan berat, kelelahan emosional 41%, depersonalisasi sebesar 22% dan penurunan pencapaian sebesar 52%Di tengah pandemic ini, jika terjadi penurunan kondisi mental dan psikis bagi tenaga Kesehatan bukanlah hal yang mengejutkan. Kondisi dimana meningkatnya jumlah pasien yang diakibatkan oleh covid-19 dan belum siapnya manajemen bisa menjadi salah satu penyebab hal tersebut.

Diantara seluruh tenaga medis dan tenaga Kesehatan yang berada di fasilitas layanan Kesehatan, perawat merupakan kelompok yang berisiko untuk mengalami burnout sebandingkan profesi lainnya (Ramdan I. M. & Oktavian Nursan Fadly, 2016). Itulah alasan mengapa penelitian ini memfokuskan pada profesi perawat, dikarenakan perawata dalah profesi yang menemani pasien 24 jam dalam proses perawatan. Yang paling berbahaya dari burnout ini adalah hilangnya empati para tenaga medis dan tenaga Kesehatan yang bertugas, sehingga proses kesembuhan pasien akan menurun dan kualitas pelayanan institusi tersebut juga akan ikut menurun. Dampak lainnya yang disebabkan oleh burnout yaitu perawat mengundurkan diri, produktivitas yang menurun, sehingga berisiko kerugian pada organisasi (Karim & Herison Pandapotan Purba, 2021). Selain itu, juga dapat mengalami disfungsi mental seperti, seperti kecemasan, depresi, self-esteem yang menurun, dan gejala emosional lainnya (Karim & Herison Pandapotan Purba, 2021)

Pada penelitian sebelumnya didapatkan bahwa beberapa factor penyebab burnout ini adalah penyebab yang menimbulkan terjadinya burnout, yaitu: faktor eksternal/lingkungan kerja, yaitu kondisi pekerjaan yang buruk, kurang adanya promosi jabatan, prosedur aturan yang kaku, dan tuntutan pekerjaan, gaya kepemimpinan, dan faktor internal, yaitu usia, jenis kelamin, harga diri, dan kepribadian (Nugroho, Andrian, & Mareslius, 2012). Selain itu, dari penelitian lain juga mendapatkan factor burnout adalah jenis giliran kerja (Stimpfel, Douglas M. Sloane, & Linda H. Aiken, 2012), senioritas pekerjaan, pengalaman kerja dan kepuasan kerja (Vargas, et al., 2013), serta pekerjaan dengan tuntutan emosional individu (Bartram et al., 2012), telah memengaruhi kejadian burnout pada perawat.

Penelitian terbaru dari Iwan dan Oktavian, 2016 menyebutkan bahwa factor penyebab terbesar terjadinya burnout pada perawat adalah dukungan keluarga dan kepemimpinan. Dari semua penelitian tersebut, didapatkan banyak factor yang menyebabkan burnout terjadi dilingkungan instansi Kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik dan Fasilitas Layanan Kesehatan lainnya. Namun semua penelitian tersebut dilakukan sebelum pandemic covid-19 yang terjadi sejak tahun 2020 lalu. Sehingga factor-faktor tersebut bisa jadi bukanlah factor terbesar penyumbang terjadinya burnout pada tenaga Kesehatan dan tenaga medis di Indonesia di tengah pandemic ini. Dari semua penelitian tersebut juga tidak ditemukan komunikasi interpersonal sebagai salah satu penyebab terjadinya burnout bagi perawat, sedangkan komunikasi interpersonal merupakan salah satu skill yang harus dimiliki oleh profesi perawat dalam memberikan pelayanan dan berkomunikasi antar teman sejawat, sehingga seharusnya komunikasi interpersonal ini justru bisa menyelesaikan masalah burnout pada para perawat yang bertugas.

Beberapa system manajemen Rumah Sakit di Indonesia telah menerapkan beberapa strategi untuk mengurangkan stress kerja dan burnout ditengah pandemic, salah satunya adalah dengan meningkatkan komunikasi interpersonal dan saling mendukung antar rekan sejawat. Komunikasi dalam kegiatan keperawatan adalah suatu hal yang paling dasar pada profesi perawat, komunikasi biasanya dijadikan alat kerja yang bersifat utama bagi perawat untuk memberikan pelayanan asuhan keperawatan. Hal ini dikarenakan perawat adalah profesi yang secara terus-menerus menemani pasien selama 24 jam (Tri Anjaswarni, 2016). Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melihat efektifitas komunikasi interpersonal antar sejawat perawat dalam mengatasi burnout perawat di tengah pandemic covid-19.

 

TEORI KOMUNIKASI 

Teori Komunikasi yang digunakan adalah Teori Komunikasi Interpersonal. Semua komunikasi kecuali komunikasi intrapersonal merupakan komunikasi interpersonal, dengan definisi komunikasi interpersonal yang lebih lengkap, yaitu: pertama, selektif (setiap orang akan memilih dengan siapa akan berkomunikasi). Kedua, sistemik (komunikasi ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor atau sistem seperti budaya, pengalaman pribadi, tradisi dan lainnya), dan ketiga, unik (komunikasi ini menghasilkan sesuatu hal yang menarik dan khas karena memiliki ritme dan juga pola sendiri). Keempat, prosesual adalah proses yang sedang berjalan (ongoing) dan berjalan berkesinambungan  (continous), dan kelima adalah transaksi simana ini adalah proses anatara orang-orang yang berkomunikasi secara berlanjut dan bersamaan (simultaneously).

Komunikasi interpersonal yang baik adalah komunikasi yang terjadi secara efektif. Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang mampu menghasilkan output berupa perubahan sikap ataupun prilaku (attitude change) sesuai dengan informasi yang disampaikan. Jadi dapat dikatakan bahwa komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang saling bertukar informasi, kepercayaan, ide ataupun perasaan serta sikap antara dua orang yang kemudian memiliki hasil sesuai harapan atau ekspektasi awal. Menurut Devito (2011), komunikasi interpersonal yang juga efektif memiliki beberapa indikator antara lain: (1) Keterbukaan (openness) adalah keinginan kita untuk menanggapi atau merespon dengan sukareala terkait informasi yang didapatkan. Keterbukaan ini sangat memiliki peran dalam membangun komunikasi interpersonal yang efektif. (2) Empati (empathy) adalah kondisi dimana kita mampu merasakan apa yang sedang dialami dan dirasakan oleh orang lain yang kemudian mampu menangkap makna informasi dan perasaan tersebutm sehingga kita mengkomunikasikannya dengan penuh kepekaan sehingga terjadi proses saling mengerti dan memahami. (3) Dukungan (supportiveness) adalah kondisi dimana kita terbuka ataupun mendukung untuk terjadinya komunikasi dan tidak memunculkan sikap defensif (4) Rasa positif (positiveness) adalah kondisi dimana kita berpikir dan menilai diri sendiri ataupun orang lain secara positif, sehingga tidak terjadi judgement dan situasi kondusif pun terjadi. Dan (5) Kesetaraan (equality) adalah posisi dimana keduabelah pihak memilki posisi yang sama dengan tujuan dan harapan yang serupa dengan tujuan untuk saling bertukar ide ataupun informasi.

Berdasarkan indicator-indikator komunikasi interpersonal yang sudah dijelaskan tersebut, maka landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pengungkapan diri (Self Disclosure Theory) yang ditemukan oleh Sydney Marshall Jourad. Pengungkapan diri (self disclosure) merupakan sebuah kondisi atau proses dalam mengungkapkan informasi terkait diri sendiri kepada orang lain lain tanpa dorongan ataupun paksaan dari pihak manapun. Dalam prosesnya, apakah orang lain akan menerima atau menolak serta bagaimana seseorang ingin orang lain mengetahui tentang dirinya, itu semua itu ditetapkan atau ditentukan oleh bagaimana individu tersebut mengungkapkan dirinya. Sejalan dengan pendapat Devito (2011), self disclosure juga dimaknai sebagai salah satu tipe dari komunikasi, dimana seorang pribadi akan memberikan informasi dirinya yang bersifat pribadi atau rahasia kepada orang lain denagn tujuan tertentu.

 

METODOLOGI : 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline