Lihat ke Halaman Asli

Nasib Pengangguran pada Masa Pandemi

Diperbarui: 18 Agustus 2020   11:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

AGENDA KKN-DR

PENULIS: SARIFAH HANUM P.

Beberapa bulan terakhir banyak orang yang mengeluhkan kesulitan mencari pekerjaan. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya pergerakan manusia di dunia akibat pandemi covid-19 yang berdampak pada ekonomi masyarakat. Perekonomian dunia yang anjlok membuat manusia harus pandai mencari solusi agar tetap hidup dengan layak demi bertahan pada masa-masa susah ini.

Tidak sedikit orang melakukan hal-hal nekad untuk memenuhi kebutuhan pribadinya walaupun membahayakan dirinya sendiri. Namun orang yang 'tak punya nyali' harus gigit jari dengan apapun yang terjadi kepada dirinya, contohnya orang-orang yang kehilangan pekerjaan selama pandemi ini berlangsung.

Alasan mereka cukup variatif. Ada yang dipecat karena perusahaan sudah tak mampu lagi memberi upah, mempunyai usaha sendiri namun harus gulung tikar karena usaha tak jalan, dan lain sebagainya. Tak ada yang bisa dikerjakan.

Untuk mengetahui mengenai hal itu lebih lanjut, penulis berbicara dengan seorang bapak berumur 50 tahun bernama pak Umar di kota Berastagi. Beliau seorang pekerja buruh bangunan selama hampir 15 tahun.

Sebelum bekerja di bidang ini beliau pernah bertani, menjadi bartender, pekerja lepas di warung makan, dan terakhir beliau memeilih untuk menjadi pekerja bangunan hingga bertahun-tahun.

Perlu diketahui, proyek bangunan di berastagi begitu menjamur sehingga lowongan pekerjaan di bidang ini terbuka lebar. Lazimnya upah dibayarkan seminggu sekali sehingga para pekerja tak perlu bingung harus mengatur uang untuk sekian lama.

Berastagi adalah kota yang relatif aman dan tenteram. Umpamanya bila ada kejahatan imigran internasional yang berdampak di seluruh kota di Indonesia, ibu kota mendapatkan dampak seratus persen, kota-kota lain mendapatkan dampak lima puluh persen, sedangkan masyarakat Berastagi adalah orang-orang yang menonton berita itu di teve seolah-olah berita itu masih perlu dipertanyakan apakah benar atau tidak. Dengan kata lain kota Berastagi hampir tak pernah mendapatkan dampak serius terhadap isu nasional.

Namun kali ini takdir berkata lain, pandemi covid-19 benar-benar menyapu bersih semua kota di Indonesia, termasuk Berastagi. Inilah yang menyebabkan Pak Umar kehilangan pekerjaan.

Semenjak pemerintah daerah Karo memutuskan untuk mengikuti imbauan pemerintah pusat dengan membatasi pergerakan masyarakat secara masif, orang-orang mulai tidak bertamasya lagi, tidak ada yang butuh tempat menginap saat jalan-jalan ke Berastagi, tak mau menambah properti karena harus menghemat uang, dan lain-lain demi memutus mata rantai covid-19.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline